Paginya, Taeyong bangun lebih dulu. Dia melihat Jaemin masih terlelap dalam tidurnya. Taeyong tidak ingin membangunkan Jaemin. Dia memilih turun dari kasur dan pergi menuju kamar mandi.
Taeyong menyalakan kran air dan mulai mencuci muka. Setelah mengusap wajah dengan handuk kecil, Taeyong berganti menggosok giginya.
Kemarin malam sebenarnya Taeyong tidak ada niatan untuk tidur berdua dengan Jaemin. Hanya saja kemarin dia dan Jaemin terlalu asik membicarakan banyak hal. Mereka juga sempat menonton televisi bersama. Pada saat itulah Taeyong yakin dia ketiduran dan Jaemin pun sama.
Pyar!
Taeyong menghentikan tangannya yang sedang menggosok gigi. Tanpa mengatakan apapun lagi, dia berkumur dan langsung berlari keluar dari kamar mandi.
Pandangan Taeyong langsung mengarah pada Jaemin yang terduduk di lantai. Bersamaan dengan Taeyong berjalan, Jeno dan Jaehyun juga datang ke kamar ini.
Di sekitar Jaemin sudah berceceran pecahan gelas kaca. Lantai juga basah karena sepertinya Jaemin menjatuhkan gelas kaca berisi air putih yang selalu Taeyong letakkan di atas laci dekat ranjang.
Jeno membantu Jaemin berdiri dan menuntun Jaemin berjalan ke sisi kasur yang lain. Jaemin terlihat kebingungan dan napasnya juga agak tersendat sendat.
"Mimpi buruk lagi?" Tanya Jeno karena sikap Jaemin sekarang mirip seperti kemarin, saat Jaemin bangun pagi karena mimpi buruk.
Jaemin menganggukkan kepala. "Dia datang lagi. Dia mencekik leherku sambil tertawa. Aku bisa mati."
Jeno mengusap kepala Jaemin dengan lembut untuk menenangkannya. Sementara itu Jaehyun dan Taeyong tidak mengatakan apa-apa. Mereka berdua tidak mengerti maksud dari apa yang Jeno dan Jaemin bicarakan.
Jaemin meraba lehernya sendiri. Napasnya kini sudah membaik tapi ingatannya tentang mimpi yang baru saja dialaminya masih terasa nyata. Lehernya terasa panas sekarang. Seperti ada yang mengganjal di dalam sana. Belum lagi perut yang terasa sakit. Dia merasa mual.
Jeno menarik tangan Jaemin yang ada di leher itu. Jeno genggam tangan Jaemin lalu dia menatap mata Jaemin dengan lembutnya. Jeno bisa merasa sedari tadi tubuh Jaemin agak lebih hangat dari biasanya.
"Kau akan baik-baik saja. Semua itu hanya mimpi." Ucap Jeno.
Jaemin berdiri dari duduknya. Tapi karena kepalanya ikut pusing, dia hampir terjatuh. Jeno dengan sigap menahan tubuh Jaemin. Jaehyun juga ikut memegangi tubuh Jaemin yang melemas.
"Kamar mandi. Mual."
Jeno langsung tanggap. Tanpa mengatakan apapun, Jeno menggendong Jaemin ke kamar mandi.
Jaemin langsung muntah ke wastafel begitu dia sampai kamar mandi. Jeno dengan setia memegangi tubuh Jaemin. Taeyong yang melihat itu mendekat dan memijat tengkuk Jaemin agar Jaemin bisa memuntahkan semua yang ada di perutnya dengan baik.
Taeyong juga membantu Jaemin membersihkan muntahan itu termasuk membantu Jaemin membersihkan mulutnya. Sementara itu Jaehyun berinisiatif menghubungi dokter. Sampai saat ini, Jaehyun masih ada di dekat ranjang. Dia tidak ikut masuk ke dalam kamar mandi.
Jeno kembali menggendong Jaemin dan kini Jeno merebahkan tubuh Jaemin yang sudah pingsan. Jeno juga menyelimuti tubuh Jaemin termasuk mengatur suhu ruangan agar Jaemin tidak merasa terganggu.
"Dia tidak mengalami morning sicknees kan?" Tanya Taeyong pada Jeno.
"Tidak, bubu. Kemarin juga dia seperti ini. Kami sudah mengecek dengan testpack dan hasilnya negatif."
"Lalu kenapa dia bisa seperti ini? Padahal kemarin malam dia baik-baik saja."
"Aku tidak tau pastinya. Tapi aku bisa menduga bahwa semua seperti ini karena dia kembali mengalami mimpi buruk. Kemarin setelah mengatakan Siwon datang ke dalam mimpinya, dia juga seperti ini. Bedanya, kemarin dia tidak pingsan." Jeno menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puntuale ✓
Fiksi Penggemar«Dari cerita ini, kalian mungkin akan paham kenapa tuhan menempatkan kita di masa lalu tergelap. Jeno dan Jaemin juga memiliki masa lalu gelap itu. Hanya saja akhirnya mereka menyadari bahwa masa lalu itu yang membuat kisah baru untuk mereka. Bukan...