Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
Happy Reading 💜
•••
Kiran mengikuti langkah Jefan yang membawanya ke ruang olahraga. Entahlah, apa ruangan ini memang tidak ada penghuninya sehingga Jefan memanfaatkannya untuk membawa Kiran kemari.
Kiran berjalan di belakang Jefan tanpa rasa takut, hanya ada secercah rasa kesal yang masih melingkupi hatinya karena semua make up nya di razia oleh Nada.
Jefan tiba-tiba membalikkan tubuhnya sehingga Kiran refleks menghentikan langkahnya. Tatapan Jefan menatap lurus pada manik Kiran datar sehingga tanpa disadari Kiran merasa dirinya sedikit ciut.
Jefan duduk di kursi yang tak jauh dari sana sehingga kini Kiran berdiri di depannya.
Kiran sedikit risih karena Jefan yang terus-menerus menatapnya tanpa ekspresi.
"Kenap___"
"Coba sebutin Teks Proklamasi."
Mereka berucap bersamaan, namun Kiran langsung bungkam saat mendengar suara Jefan.
Kedua alis Kiran bertaut tajam, ada apa sih dengan lelaki di depannya ini?! Kenapa jadi membahas pelajaran?
"Haa? Apa?" tanya Kiran, takut-takut jika telinganya salah mendengar.
"Sebutin Teks Proklamasi," ulang Jefan.
Kiran berpikir keras, ia pernah mendengar teks itu dulu saat dirinya kelas empat SD. Tapi, ia sudah lupa sekarang. Dengan gelisah Kiran menggigit bibir bawahnya sembari menatap Jefan yang masih menatapnya intens tanpa ekspresi.
Dengan sedikit suara tercekat Kiran memberanikan diri untuk menjawab, "Ka__kami bangsa Indonesia menyatakan dengan ini...Eh! Bukan, bukan! Dengan ini kami bangsa Indonesia menyatakan...ISSHHH! Gimana sih! Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan, eh! Kami atas nama bangsa Indonesia menyatakan dengan ini... ARGHHHHH TAU AH! PUSING!" dengan frustrasi Kiran mengacak rambutnya kesal.
Tak ada respons dari Jefan, lelaki itu hanya menghela napas pelan sembari membenarkan posisi duduknya.
"Siapa tokoh pengibar bendera pertama di Indonesia?"
Lagi-lagi kening Kiran mengerut. IA TIDAK TAU! Rasanya Kiran ingin berteriak seperti itu di telinga Jefan.
Keterdiaman Kiran membuat Jefan lagi-lagi menghembuskan napas.
"Siapa tokoh yang mengetik naskah proklamasi Kemerdekaan Indonesia?"
"Euummm... Pak Haryo?" jawab Kiran dengan ragu.
Bukan balasan yang Kiran dapatkan melainkan decakan pelan serta helaan napas yang keluar dari mulut Jefan.
Pak Haryo merupakan staf tata usaha yang bertugas untuk mengetik sebuah informasi yang akan di share kepada seluruh murid.
Jefan berdiri membuat Kiran tanpa sadar melangkah mundur.
"Selama sekolah apa aja yang kamu dapat?" tanyanya.
"Pacar."
"Pelajaran. Materi apa aja yang udah kamu dapatkan, Kiran?" tanya Jefan lebih spesifik.
"Banyaklah!" sewotnya karena merasa Jefan meremehkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED WITH PEMBINA OSIS [SELESAI]
ChickLit[FOLLOW SEBELUM BACA] Kiran merasa dirinya seperti burung yang bisa terbang bebas di langit biru di kala dirinya berada di sekolah. Namun, setelah pertemuannya bersama Jefan dunia Kiran berubah detik itu juga. ••• "PARGOY DULU LAH, GUE PUNYA LAGU B...