Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
Happy Reading 💜
•••
"Eh, Kiran! Lu mau pergi ke mana?"
"Kamar Nela."
"Dih! Emangnya nggak sempit apa?"
"Nggak."
Tanpa memperpanjang percakapan, Kiran lantas menggeret kopernya dan pergi dari kamarnya semula. Ia membawa semua barangnya seorang diri, karena menolak bantuan Jefan agar membawa kopernya.
Gila saja, jika lelaki itu pergi ke kamarnya dan berniat mengambil kopernya dan mengatakan jika Kiran tidur satu kamar dengan Jefan sudah dapat dipastikan jika semuanya akan gempar dan akan semakin menghujat Kiran. Maka oleh karena itu, Kiran memutuskan untuk mengambil kopernya sendiri dan mengatakan agar tidak ada yang mengetahui jika Kiran dan Jefan satu kamar.
CEKLEK
Jefan membukakan pintu dan membantu membawakan koper Kiran.
"Jadi, kita cuma berdua?" tanya Kiran setelah membaringkan tubuhnya di ranjang.
"Hm."
Tiba-tiba Kiran merasa canggung, padahal seharusnya ia merasa biasa saja karena pada dasarnya ia dan Jefan sudah sering satu ruangan bahkan satu kamar.
Ting!
Kiran buru-buru memeriksa ponselnya karena ia pikir suara dentingan itu berasal dari ponselnya. Namun, kepalanya menoleh saat Jefan memeriksa ponselnya dan mengetikkan sesuatu di benda pipih itu.
Kiran terus memerhatikan sampai Jefan menoleh padanya dan menyimpan kembali ponselnya ke atas meja.
"Kalau udah ngantuk, tidur aja."
Kiran memilin jari-jarinya, "Pengen ke luar," keluhnya tanpa menatap Jefan.
Jefan menghela napas dan duduk di samping gadis itu, "Besok aja ya? Sekarang mending kamu istirahat, lagian besok kita check out jam 10-an."
Kiran menatap manik Jefan yang menatapnya. Beberapa menit mereka saling berpandangan sampai akhirnya Kiran menunduk karena tidak kuat untuk terus menatap manik sendu yang Jefan sorotkan.
Kiran menghela napas dan mengangguk berat. Lagi pula ia sadar jika nanti orang-orang akan mencemooh nya dan menyindirnya habis-habisan. Semuanya tak bisa ia cegah, toh semuanya pun sudah terlanjur terjadi. Kiran tak bisa menyalahkan kondisi yang tengah terjadi.
Kiran berdiri dengan lesu, namun saat ia nyaris melupakan sesuatu Kiran buru-buru membongkar kembali isi kopernya membuat Jefan menukik alisnya heran melihat sikap panik istrinya.
"Kamu lagi nyari apa?"
"Mmm_vitamin aku," balas Kiran sedikit gugup.
Jefan ikut beranjak dan membantu Kiran mencari vitamin yang dimaksudnya itu.
Diam-diam Jefan melirik Kiran yang memasang raut panik, Jefan jadi curiga sekaligus penasaran dengan vitamin yang dimaksud Kiran.
"Isshhh! Mana ya, perasaan waktu itu di masukin ke sini," Kiran mendesis pelan.
"Ini?"
Kiran mendongak saat Jefan mengulurkan botol kecil padanya, namun saat Kiran hendak meraihnya Jefan dengan gesit menjauhkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED WITH PEMBINA OSIS [SELESAI]
ChickLit[FOLLOW SEBELUM BACA] Kiran merasa dirinya seperti burung yang bisa terbang bebas di langit biru di kala dirinya berada di sekolah. Namun, setelah pertemuannya bersama Jefan dunia Kiran berubah detik itu juga. ••• "PARGOY DULU LAH, GUE PUNYA LAGU B...