Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
Happy Reading 💜
•••
Kiran merasakan ruang di sekitarnya serasa sempit. Bahkan Kiran merasa ada sesuatu yang membelit pinggangnya sejak tadi dengan cukup erat membuatnya sulit bernapas.
Masih dengan keadaan setengah sadar dan mata sedikit terbuka, Kiran memberanikan diri untuk menoleh ke belakang.
Dan betapa terkejutnya Kiran saat melihat wajah pulas Jefan tepat di belakangnya dengan jarak yang sangat dekat. Refleks tangannya menyikut perut Jefan dengan keras hingga membuat si empu mengaduh dalam keadaan mata tertutup.
Kiran membuka matanya lebar-lebar dan beranjak.
Jefan menjaga jarak dari Kiran. Lelaki itu membuka mata dan menatap Kiran yang berada di sampingnya dengan tatapan tersakiti.
"Kenapa sikut perut saya, sih?" Jefan masih memegang perutnya yang terasa ngilu karena jujur saja sikutan Kiran tadi sungguh membuat perutnya terasa nyeri.
"Lo yang kenapa?! Kenapa pake peluk-peluk gue segala! Mentang-mentang nggak ada guling jadi seenaknya!" omel Kiran garang.
Mendengar itu Jefan malah menyunggingkan senyum manis, Kiran yang duduk di samping Jefan pun lantas mengernyit samar. Kenapa lelaki itu malah tersenyum? Padahal Kiran sedang memarahinya.
"Kan biar kamu suka balik sama saya," Jefan meraih sebelah tangan Kiran dan digenggamnya.
Kiran melotot, "MODUS LO!" sahutnya garang namun sebenarnya gadis itu kini tengah salah tingkah.
Kiran berhasil melepaskan tangannya dari Jefan, gadis itu turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.
Setelah pintu tertutup Kiran langsung luruh ke atas lantai dengan tangan menyentuh dada.
"Sial! Tuh cowok bahaya banget buat kesehatan jantung gue! Bisa-bisanya masih pagi begini jantung gue udah di bikin dangdutan!" gerutu Kiran dengan mata terpejam dengan tangan menyentuh dadanya yang kini berdebar tak karuan.
Di sepanjang perjalanan menuju sekolah jantung Kiran tak dibiarkan untuk tenang barang sebentar. Bagaimana tidak? Pasalnya sejak tadi Jefan terus menggenggam sebelah tangannya dan tak membiarkannya untuk terlepas.
Sejujurnya Kiran merasa asing dengan sikap Jefan yang sangat berbeda. Namun, jika dipikir kembali Jefan terlihat menggemaskan jika dalam mode manja seperti sekarang.
Dengan sebelah tangan yang berada di atas kemudi dan satu tangannya yang setia menggenggam tangan Kiran dengan sesekali memberikan usapan lembut membuat getaran asing kembali timbul di dadanya. Semacam perasaan membuncah hingga Kiran harus mati-matian menahan senyumannya agar tidak terbit.
Jefan memarkirkan mobilnya di area parkir sekolah. Keduanya tidak langsung turun. Jefan membenarkan posisi duduknya hingga menghadap Kiran.
Kiran menaikkan sebelah alisnya menatap bingung ke arah Jefan.
"Seragam nya jangan di masukkin," Jefan menunjuk seragam putih Kiran dengan dagu.
"Biarin."
"Seragam kamu udah kekecilan gitu, terus di masukkin. Mancing banget buat saya habisin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED WITH PEMBINA OSIS [SELESAI]
ChickLit[FOLLOW SEBELUM BACA] Kiran merasa dirinya seperti burung yang bisa terbang bebas di langit biru di kala dirinya berada di sekolah. Namun, setelah pertemuannya bersama Jefan dunia Kiran berubah detik itu juga. ••• "PARGOY DULU LAH, GUE PUNYA LAGU B...