Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
Happy Reading 💜
•••
Jefan sontak berdiri kala maniknya melihat Kiran yang baru saja memasuki ruang kelas. Jefan memang menunggu Kiran di kelas gadis itu karena kini suasana sekolah sudah sepi karena para murid sudah pulang.
"Kiran, dari mana aja kamu? Saya nungguin dari tadi," Jefan berjalan mendekati Kiran.
Jefan mengangkat dagu Kiran karena sejak tadi gadis itu terus menunduk seolah tengah menyembunyikan sesuatu.
Dan betapa terkejutnya Jefan saat melihat wajah Kiran yang kini nampak babak belur dengan sebelah pipi yang memerah dan juga sudut bibir yang berdarah akibat tamparan.
"Kamu habis dari mana? Siapa yang udah buat kamu kayak gini?!" cerca Jefan panik bercampur emosi setelah melihat wajah cantik istrinya yang kini sangat memprihatinkan.
"Gue mau pulang."
Kiran hendak meraih tas ranselnya, namun segera dihadang oleh Jefan.
"Jawab pertanyaan saya dulu, Kiran!" tekan Jefan mulai kalang kabut.
Kiran berdecak dan menatap Jefan, tak sampai lima detik Kiran langsung membuang wajah karena tak tahan harus bertatapan dengan manik tajam milik Jefan.
Bukannya menjawab, Kiran malah diam tanpa ingin menjelaskan sedikit pun mengenai keadaannya.
"Kiran! Kenapa kamu diam?! Jawab saya!" Jefan mulai kesal sembari memegang kedua bahu Kiran.
"Lo nggak perlu tau!"
"Nggak perlu tau?!" beo Jefan dengan nada tak percaya.
"Saya perlu tau, Kiran! Kamu istri saya! Dan apa yang kamu dapat sekarang ini sudah termasuk tindak kekerasan! Saya bakal laporin orang yang udah buat kamu kayak gini!" tatapan Jefan begitu tajam membuat jantung Kiran berdebar. Lelaki itu terlihat tak main-main dengan ucapannya. Kiran sejujurnya sangat takut Jefan marah mengenai kondisinya kini, namun Kiran tak ingin lelaki itu ikut campur dalam masalahnya.
Keterdiaman Kiran membuat Jefan sadar bahwa dirinya sudah berbicara dengan nada suara yang cukup tinggi.
Menghembuskan napas pelan guna untuk menetralisirkan rasa marahnya, Jefan lantas menatap Kiran lebih lembut dari sebelumnya.
"Kiran, kalau kamu memang nggak mau cerita, saya nggak bakal paksa. Tapi, tolong kasih tau saya siapa orang yang udah buat kamu kayak gini, hm?" Jefan mengusap surai Kiran membuat Kiran merasa nyaman di buatnya. Apalagi usapan lembut lelaki itu membuat kulit kepalanya merasa terobati setelah Widi tadi menjambak rambutnya dengan kencang.
Mata Kiran memanas. Dadanya sesak memikirkan kejadian beberapa saat lalu. Kiran memang tidak menangis saat di kamar mandi tadi, namun hal itu sudah berhasil melukai hatinya.
Senakal-nakalnya Kiran, ia tetap seorang gadis yang lemah jika sudah dihadapkan dengan kekerasan fisik dan juga ucapan menyakitkan yang dilayangkan orang-orang kepadanya.
"Hiks...." isakan itu lolos dari bibirnya.
Kiran menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dan detik selanjutnya tangisnya pecah dengan kencang yang sejak tadi ia tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED WITH PEMBINA OSIS [SELESAI]
ChickLit[FOLLOW SEBELUM BACA] Kiran merasa dirinya seperti burung yang bisa terbang bebas di langit biru di kala dirinya berada di sekolah. Namun, setelah pertemuannya bersama Jefan dunia Kiran berubah detik itu juga. ••• "PARGOY DULU LAH, GUE PUNYA LAGU B...