Jangan lupa Vote sebelum atau sesudah membaca untuk menghargai karya penulis!
Happy Reading 💜
•••
CEKLEK
Kiran melirik Jefan yang berjalan ke arahnya kemudian menyimpan plastik putih yang berisikan pesanan Kiran.
Tanpa berucap apapun Jefan melenggang menuju kamar.
Kiran menatap aneh pada lelaki itu, "Kenapa sih tuh orang? Kayak nggak ada semangat hidup! Lesu amat!" cibirnya.
Waktu menunjukkan pukul setengah sembilan malam, tak terasa karena sedari tadi Kiran hanya duduk di ruang tengah sembari memakan camilan yang kini nyaris habis. Kiran lapar namun apa daya dirinya yang tidak bisa memasak dan gengsi untuk berucap pada Jefan dan berakhir lah Kiran dengan menahan rasa laparnya.
Di rasa sudah mulai bosan, Kiran mematikan televisi dan beranjak dari duduknya. Sebelumnya gadis itu merenggangkan otot tubuhnya karena sudah terhitung 3 jam lebih Kiran terus duduk di atas sofa.
Kiran masuk ke kamar setelah menutup pintu, maniknya langsung melihat Jefan yang sudah berbaring di atas ranjang dengan posisi tengkurap.
"Buset! Udah tepar aja tuh cowok!" ucap Kiran pelan dan mulai melangkah mendekat dengan tangan yang menenteng keresek putih berisi air mawar pesanannya.
Kiran tidak langsung merebahkan dirinya, ia masih harus melewati beberapa ritual sebelum tidur. Seperti mencuci wajahnya, menggosok gigi, menggunakan cream malam, lotion, dan yang lainnya. Dan, barulah Kiran bisa tidur dengan nyaman dan nyenyak.
Kiran mengusap wajahnya dengan handuk karena baru saja keluar dari kamar mandi yang berada di kamar nya. Maniknya melirik Jefan yang seperti sudah begitu nyenyak.
Jarang-jarang Jefan tidur mendahuluinya, karena biasanya lelaki itu selalu tidur lebih malam karena harus mengerjakan pekerjaannya. Dan kini, untuk kali pertama dalam hidupnya Kiran menatap lelaki selain papa dan adiknya tidur dalam ruangan yang sama bahkan ranjang yang sama.
Melihat wajah polos Jefan yang tertidur pulas tanpa sadar Kiran terkekeh, melupakan sikap dan perilaku Jefan yang begitu menyebalkan dan selalu memancing Kiran agar selalu berkata kasar.
"Lo mirip kucing kalo lagi tidur," ucapnya tanpa sadar.
Setelah melakukan semua ritualnya, Kiran akhirnya bisa merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Namun, ia tak langsung tidur karena memang pada dasarnya Kiran belum merasa mengantuk.
Gadis itu malah berbaring dengan posisi menyamping agar bisa menatap wajah damai milik Jefan. Sampai akhirnya entah sadar atau tidak sebelah tangan Kiran terulur untuk membenarkan beberapa helai rambut yang sedikit menutupi dahi lelaki itu.
"Gue nggak sial amat sih, karena nikah sama cowok cakep kayak lo," gumam Kiran pelan. Dan mungkin jikalau Jefan dalam keadaan bangun pun lelaki itu pasti akan mencibir setelah mendengar penuturan Kiran barusan.
•••
"Nel, awas lo kalo nggak ikut, gue cincang pala lo ampe mampus!"
"Eh buset! Serem amat si! Lo psikolog ya?"
"Psikopat goblok!" Naya menoyor kepala Nela pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED WITH PEMBINA OSIS [SELESAI]
Literatura Feminina[FOLLOW SEBELUM BACA] Kiran merasa dirinya seperti burung yang bisa terbang bebas di langit biru di kala dirinya berada di sekolah. Namun, setelah pertemuannya bersama Jefan dunia Kiran berubah detik itu juga. ••• "PARGOY DULU LAH, GUE PUNYA LAGU B...