Untuk Jiel • 05

753 73 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Sekitar enam orang remaja laki-laki tengah menunggu di depan ruang IGD dengan wajah khawatir yang kentara. Mereka sedang menunggu seseorang yang sudah mereka anggap adik mereka. Siapa lagi jika bukan Jiel. Remaja polos itu tengah diperiksa oleh dokter di dalam. Sudah 20 menit berlalu, namun pintu berwarna putih itu belum terbuka.

Mereka masih setia menunggu dengan harapan yang besar. Namun derap langkah kaki berhasil mengalihkan perhatian mereka dari pintu berwarna putih itu.

"Bang Haikal!" seru gadis itu. Ghina berhenti di hadapan mereka dengan napas terengah. Wajahnya tak kalah khawatir dari enam orang di depannya.

"Kenapa sama Jiel? Kenapa bisa dia masuk rumah sakit?"

Haikal menghembuskan napasnya gusar, "mending lo duduk dulu. Kita juga belum tau apa penyebab pastinya,"

Ghina membuang napasnya kasar. Gadis itu mengusap air matanya yang menetes. Ia jelas tidak mau kehilangan temannya, ah tidak, sahabatnya.

Decitan pintu yang dibuka membuat tujuh remaja itu cepat-cepat mendekat. Mereka mengerumuni dokter yang baru saja keluar dari ruangan itu.

"Dokter, gimana keadaan Jiel? Dia baik-baik aja kan?" Marco mengeluarkan suaranya.

"Saya akan memindahkan pasien ke ruang rawat-"

"VVIP dok," sela Chandra cepat. Dokter itu mengangguk.

"Satu lagi, saya minta salah satu dari kalian untuk ikut saya. Ada yang harus saya bicarakan mengenai pasien,"

Semua arah pandang mereka tertuju pada Marco, sebagai yang paling tua diantara ketujuh remaja itu. Marco menganggukkan kepalanya.

"Mari," ajak dokter itu.

Sementara Marco mengikuti dokter tadi, enam remaja lainnya mengikuti Jiel yang sudah dibawa ke ruang VVIP atas permintaan Chandra. Entah apa yang remaja itu pikirkan hingga berani meminta Jiel dipindahkan ke ruang tersebut, yang tentu saja harganya jauh lebih mahal dibandingkan ruang rawat biasa.

"Lo gila ya?" ceplos Rendi pada Chandra.

"Gila kenapa? Buktinya gue gak di RSJ," balas Chandra dengan santai.

"Lo minta ruang VVIP buat Jiel, ta-"

"Ssst....udah deh, apapun buat Jiel bakal gue lakuin. Biar semua biaya kesehatan Jiel gue yang tanggung,"

"Apa-apaan lo! Gue ikutan, enak aja mau lo bayar sendiri," serobot Naren tak terima.

Ghina memutar bola matanya malas. Ada-ada saja mereka ini.

Untuk JielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang