.
.
.
.
."Okey, Jie bakal ceritain semuanya, terserah nanti Jiel mau percaya apa enggak. Tapi, apa yang Jie ceritain itu dari sudut pandang Jie sendiri, dan apa yang Jie alami,"
"Jiel bakal percaya sama Jiedan kok. Karena Jiel tau, Jie bukan orang jahat. Jie cuma terpaksa jadi jahat karena keadaan yang memaksa,"
"Jadi beberapa tahun yang lalu....,"
🌱🌱🌱
--------------------------------------"Waktu itu Jie lagi jalan sendirian. Itu udah malem banget. Jie habis pulang dari markas daddy. Jalannya udah sepi banget. Awalnya sih Jie biasa aja, gak ngerasa takut. Tapi tiba-tiba, ada yang bekap Jie dari belakang. Orang itu pake obat bius, makanya Jie sampai pingsan,"
Jiedan menghentikan ceritanya sejenak tatkala ekor matanya menangkap sosok pelayan yang datang untuk mengantar pesanan mereka.
"Permisi, ini minumnya," pelayan itu memberikan minuman pesanan mereka, termasuk gelato pesanan Jiedan yang akan diberikan kepada Jiel.
"Ini es krim punya siapa?" tanya Jiel penasaran. Ia merasa tertarik dengan es krim di hadapannya itu. Sangat menggiurkan.
"Ini buat Jiel," Jiedan menyodorkan gelato itu kepada Jiel. Ia sempat terkekeh pelan, wajah Jiel begitu lucu saat menginginkan sesuatu, namun tak berani untuk mengatakannya.
"Serius?" tanya Jiel memastikan.
"Iya dong! Tapi nanti Jie minta dikit ya," cengir Jiedan.
Beberapa pengunjung yang datang bahkan sampai menahan rasa gemasnya. Ada yang memotret keduanya, dan ada yang melampiaskan kegemasan kepada sang pacar.
"Sokay!"
"Ih...Jiedan! Lanjutin dulu ceritanya," lanjut Jiel memekik.
Jiedan mengerjap, "oh iya. Sampai mana ya tadi?"
Jiel berdecih malas. Jiedan ini pelupa.
"Itu, yang Jie dibekap sampe pingsan,"
"Padahal katanya Jiedan strong, tapi dibekap doang kok pingsan ya?" gumam Jiel lirih. Namun pendengaran Jiedan yang tajam membuatnya mendengar gumaman lirih.
"Heh!" Jiedan mengetuk pelan kepala Jiel dengan sendok gelato. Untung sendoknya belum dipakai.
"Apa sih?! Sakit tau Jie," ringis Jiel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Jiel
Teen FictionAjiel Abidzar, remaja lelaki berusia 15 tahun yang hidup dalam kesengsaraan. Dia memang memiliki orang tua yang lengkap, namun hidupnya tak seperti kebanyakan remaja di luar sana. Mungkin orang-orang berpikir, bahwa memiliki orang tua yang lengkap...