.
.
.
.
.Sekitar enam remaja laki-laki dan juga sepasang suami istri tengah duduk di kursi tunggu. Tepatnya di depan ruang IGD. Mereka menunggu sembari berharap. Namun wajah khawatir tentunya lebih jelas terlihat.
Di kursi ujung, ada Naren yang menundukkan kepalanya dengan tangan yang saling bertautan. Dirinya kembali menangis tadi, usai memberitahukan kondisi Jiel kepada 5 sahabatnya.
Terhitung sudah 2 jam mereka menunggu dengan diam. Sejak tadi mereka terus berharap dokter akan keluar dari ruangan dengan pintu berwarna putih itu. Namun nihil, dokter tidak keluar untuk menghampiri mereka. Melainkan memanggil lebih banyak perawat untuk membantu dirinya. Hal itu tentu saja membuat mereka semakin merasa takut.
"Mama, Jiel gak apa-apa kan?" tanya Naren takut. Remaja itu menghampiri sang ibu yang memeluk lengan suaminya, Yazar.
Mama Ara mengusap pucuk kepala Naren dengan sayang. Ia tersenyum lembut, menyalurkan ketenangan dan juga kehangatan untuk anaknya.
"Percaya sama mama, oke? Jiel akan baik-baik aja,"
Naren mengangguk lesu. Ia kembali ke tempatnya. Kelima sahabat Naren hanya diam memperhatikan. Saat ini mereka sedang berdoa, memohon pada Yang Kuasa untuk memberikan kesehatan pada Jiel. Mereka masih belum bisa membahagiakan Jiel.
"Ekhem!" dehem Rendi dengan sedikit keras. Apa yang dilakukannya membuat banyak pasang mata menatap dirinya penuh tanya.
"Eh, maaf tante, om, Rendi gak bermaksud," cengir Rendi canggung. Mama Ara dan Papa Yazar mengangguk.
Rendi mengubah raut wajahnya saat kelima sahabatnya mulai memperhatikan.
"Semalem, gue dapet pesan aneh dari orang asing," cicit Rendi. Ia takut jika kedua orang tua Naren akan mendengarnya.
"Pesan apa?" tanya Jevan yang kebetulan berada di sebelah Rendi.
Rendi membuka ponselnya. Ia segera mencari nomor sang pengirim pesan itu.
"Ini," tunjuk Rendi.
Dreamies pun dengan cepat berkumpul. Mereka ingin tau apa isi pesan yang dikirim oleh orang asing itu.
•••
+62 857xxxxxxx
Kamu tau, yang paling menyakitkan di dunia ini?
Aku membencinya, tapi aku juga menyayanginya
Namun sepertinya aku tak pantas membencinya bukan? Karena itu salah mereka
Jadi, persiapkan diri kalian, karena 'mereka' adalah orang yang kalian kenal
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Jiel
Teen FictionAjiel Abidzar, remaja lelaki berusia 15 tahun yang hidup dalam kesengsaraan. Dia memang memiliki orang tua yang lengkap, namun hidupnya tak seperti kebanyakan remaja di luar sana. Mungkin orang-orang berpikir, bahwa memiliki orang tua yang lengkap...