Extra Part • Untuk Jiel

812 75 17
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

"Eunghh...," lenguhan kecil itu membuat beberapa orang yang sejak semalam terjaga terkejut. Mereka serempak menghampiri sosok lelaki yang berbaring di brankar.

"Panggil dokter, cepet!" seru salah satu dari mereka dengan panik.

Tak lama, seorang dokter datang dengan diikuti sekitar 2 perawat di belakangnya. Pria itu memeriksa pasiennya dengan telaten. Mulai dari denyut nadinya, detak jantungnya, bahkan ia juga mengecek bagian mata pasien.

"Puji syukur, pasien sudah sadar dari koma, dan mampu melewat masa kritisnya. Mungkin sebentar lagi pasien akan bangun. Usahakan jangan membuatnya mengingat terlalu banyak, karena prediksi dari kami, pasien mengalami amnesia ringan akibat benturan di kepalanya," ucap dokter itu dengan senyum yang terpatri di bibirnya.

Setelah mengatakan yang sebenarnya, dokter itu pamit keluar, beserta para perawat yang tadi membantu melepas masker oksigen, dan diganti dengan selang oksigen.

Sekitar enam orang remaja lelaki disana lantas berdiri mengelilingi brankar itu, menanti sosok yang telah lama koma untuk membuka matanya.

"Gue bersyukur banget, akhirnya dia bisa sadar setelah sekian lama kita nunggu," celetuk seorang remaja beralis camar itu, jelas sekali dia Marco.

"Iya, dan untungnya pelakunya udah dihukum," sahut Jevan.

"Hukuman berapa tahun?" tanya Naren.

"Seinget gue, mereka dihukum selama 5 tahun penjara," jawab Marco seadanya.

"Gak adil banget! Harusnya lebih berat dari itu," komentar Chandra tak suka.

"A..ir," lirih seseorang, namun lebih terdengar seperti gumaman.

Keenam remaja itu menoleh serempak, binar mata bahagia nampak sekali terlihat.

Rendi yang memang berada di dekat nakas pun mengambilkan air untuk Jiel. Ia membantu Jiel untuk minum.

"Ji, akhirnya lo sadar juga," senyum Chandra mengembang.

Jiel yang memang baru saja sadar dari koma lantas merasa linglung. Apa ia tidak salah dengar? Sadar? Seingatnya, ia sudah meninggal akibat kehabisan darah karena luka tusukan.

"Hah? Jiel masih hidup?" tanyanya bingung.

Naren mengernyit, "bicara apa sih, Ji? Kan emang masih hidup. Cuma baru aja sadar,"

Jiel memaksakan tubuhnya untuk duduk. Jevan yang peka pun langsung membantu remaja itu untuk bersender.

"Sadar dari apa? Atau Jiel hidup lagi, gitu?"

Untuk JielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang