.
.
.
.
.Dua bulan telah berlalu, pencarian yang dilakukan oleh Sean, Jansen, dan Dewangga belum juga membuahkan hasil. Ketiga pemuda itu masih terus berusaha mencari. Meskipun berkali-kali hampir gagal, dan hampir menyerah, Jansen selalu menasehati Sean. Meminta agar sahabatnya itu tidak menyerah untuk mencari.
Selama dua bulan itu, Dewangga terus saja menelusuri beberapa provinsi. Ia tidak pernah berhenti mencari. Untung saja Sean mau berbaik hati untuk memberikan berbagai fasilitas yang dibutuhkan.
Kini, tiga pemuda itu memutuskan untuk mencari Jiel di provinsi Jakarta. Mereka baru sadar, kemungkinan besar keluarga sepupu Sean sudah pindah ke kota lain. Dan Jakarta adalah salah satu pilihannya.
"Gue minta tolong banget sama lo. Tolong cari sepupu gue sampe ketemu. Soal biaya biar jadi urusan gue. Tugas lo cuma cari dia. Gue mohon banget sama lo," ucap Sean memelas.
Sean dan Dewangga memang sedang melakukan panggilan telepon.
"Gue bakal bantu sebisa gue. Kalo boleh, gue mau minta data dirinya lagi. Yang lebih spesifik kalo bisa. Kayak, dia punya tanda lahir atau engga. Atau gini deh, informasi tentang keluarganya aja. Soalnya kalo boleh jujur, data yang lo kasih kemarin itu masih kurang," tutur Dewangga menjelaskan.
Di seberang sana Sean mengangguk paham.
"Gue kirim lewat chat,"
"Kalo gitu gue tutup ya telponnya? Gue mau lanjut jalan,"
Panggilan itu ditutup sepihak. Dewangga masih berjalan di sepanjang trotoar seraya membawa tas besar. Ia baru saja sampai di Jakarta.
Dewangga masih mencari tempat menginap yang pas untuknya. Kalau kata Sean, lebih baik ia tinggal di apartemen. Dewangga hanya menurut saja.
Ponselnya bergetar, menandakan ada pesan yang masuk. Dewangga berhenti sejenak dan mengecek ponselnya. Itu Sean. Sepertinya pemuda itu mengirimkan data yang diminta oleh Dewangga tadi.
Pemuda itu mengangguk paham. Ia menyalin semua datanya dan dipindah ke google drive.
Sementara itu, di SMA Neo Lentera, semua berjalan kembali seperti semula. Meskipun saat awal masuk kemarin, Jiel banyak mendengar berita tidak mengenakkan. Memang bukan untuknya, namun itu berhasil membuat Jiel merasa terganggu.
Jiel pun sebenarnya masih takut untuk bersekolah. Apalagi saat di rumah sakit kala itu, Ghina bercerita bahwa keenam abangnya sempat membuat kericuhan. Tetapi, Dreamies berhasil menenangkan hati Jiel, dan membujuk remaja itu untuk kembali bersekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Jiel
Teen FictionAjiel Abidzar, remaja lelaki berusia 15 tahun yang hidup dalam kesengsaraan. Dia memang memiliki orang tua yang lengkap, namun hidupnya tak seperti kebanyakan remaja di luar sana. Mungkin orang-orang berpikir, bahwa memiliki orang tua yang lengkap...