.
.
.
.
.Sudah dua minggu sejak dimana Jiel bertemu dengan saudara kembarnya. Hari ini keduanya, tepatnya Jiedan mengajak Jiel beserta para sahabat Jiel untuk pergi ke rumah Jiedan. Hubungan mereka yang sempat renggang beberapa waktu lalu kini sudah kembali seperti semula. Itupun berkat bantuan mulut licin Jiedan. Jiedan sih oke aja, soalnya dia juga diuntungkan. Karena setelah mereka semua berbaikan, Jiedan malah dibelikan handphone secara cuma-cuma.
"Ini rumah gue. Eh, enggak! Lebih tepatnya, rumah dia," tunjuk Jiedan pada sebuah rumah minimalis yang terkesan elegan.
Rumah itu terletak di kompleks atau perumahan. Rumah di sekitarnya pun juga tidak banyak, karena ini bukanlah perumahan biasa. Perumahan ini bisa dibilang sedikit lebih mewah.
"Masuk dulu!" ajak Jiedan.
Remaja tampan itu membukakan pintu dan mengajak mereka duduk di sofa. Meskipun sedikit berdebu, namun setidaknya rumah itu tidak terlalu kotor.
"Maaf ya, berantakan. Tau sendiri kan gue udah gak pulang selama beberapa hari," ucap Jiedan sedikit menyindir.
"Lo sukanya julid, ya? Cocok tuh kalo sama bang Rendi. Kalo kalian berdua collab buat bully bang Haikal, gue maju paling depan buat dukung!" Ghina berujar dengan semangat yang menggebu.
"Lo mending diem deh! Jangan cari perkara lagi. Heran gue, banyak tingkah banget sih lo," cibir Haikal pedas.
Bukannya sakit hati, Ghina justru terbahak keras, "ya karena gue langka!"
"Terserah lo deh. Cewek emang selalu benar," pasrah Haikal. Ia belum berniat membuat keributan hari ini. Entah kemana akal busuknya itu, karena sekarang Haikal terlihat lebih kalem daripada biasanya.
"Jiedan, gue pengen denger deh, masa lalu lo sama pemilik rumah yang asli. Dia bisa tinggal di perumahan yang cukup mewah kaya gini, berarti pekerjaan dia juga dapet gaji yang besar kan?" tanya Jevan panjang lebar.
Ia tau perumahan ini cukup elit. Bangunannya memang nampak kecil. Namun jika dilihat bagian dalamnya, rumah-rumah disini itu luas. Hanya saja desain rumah disini sengaja dibuat terlihat kecil, agar tidak memakan banyak tempat.
Jiedan menghela napasnya. Mengingat memori lama itu membuatnya kembali merasakan sakit yang teramat pedih.
"Tapi sebelumnya, sorry, gue mau ambil minuman dulu di kulkas," pamit Jiedan.
Remaja jangkung itu lantas pergi, namun tak membutuhkan waktu lama ia sudah kembali dengan nampan yang terdapat 9 kaleng soda di atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Jiel
Teen FictionAjiel Abidzar, remaja lelaki berusia 15 tahun yang hidup dalam kesengsaraan. Dia memang memiliki orang tua yang lengkap, namun hidupnya tak seperti kebanyakan remaja di luar sana. Mungkin orang-orang berpikir, bahwa memiliki orang tua yang lengkap...