.
.
.
.
.Seorang gadis melangkahkan kakinya dengan terburu-buru. Ia berlari di sepanjang lorong sebuah gedung. Gedung besar nan megah yang berisikan alat elektronik serta data-data yang ditampilkan dalam monitor.
Gadis itu berhenti di depan sebuah ruangan yang berada di lantai paling atas. Napasnya terengah-engah. Meski begitu, ia nampak tidak peduli. Ia segera membuka pintu tersebut dan menyampaikan tujuannya pada seseorang.
"Dimana sopan santun mu?" sentak Mr. S.
Yup, gadis itu adalah salah satu anak buah dari Mr. S. Pria tua yang masih memiliki kekuatan setara dengan anak muda.
"Maaf tuan! Tapi saya benar-benar harus menyampaikan ini," ucap gadis itu panik.
"Katakan!"
Meski wajah Mr. S nampak datar-datar saja, namun di lubuk hatinya pria itu juga khawatir dan panik. Terlebih saat ini di pikirannya hanya tertuju pada satu orang.
"Mereka sudah mulai bergerak tuan. Tadi saya sempat melihat salah satu dari mereka sudah mulai mengintai. Saya rasa, mereka akan membawa paksa dia,"
Tangan Mr. S terkepal erat. Pria itu benar-benar kesal dan marah.
"Kita harus membongkar ini secepatnya!"
"Maaf tuan, apa sebaiknya kita beritahu dia saat dia sudah menyelesaikan ujiannya?"
"Berapa hari lagi?"
"Tiga hari tuan,"
Mr. S mengangguk paham. Ia memberi isyarat dengan tangannya dan meminta gadis itu untuk keluar dari ruangannya.
Setelahnya, Mr. S membuka laptopnya. Mencari sebuah file yang berisikan banyak sekali fakta mengenai beberapa makhluk.
"Benar-benar bodoh! Seharusnya aku dulu tidak asal mengambil,"
🐹🐹🐹
Makan malam telah usai. Naren dan Jiel sudah kembali ke dalam kamarnya. Kedua remaja itu tidak tau bahwa mereka akan kedatangan tamu spesial. Mama Ara dan Papa Yazar juga tidak berniat memberitahu mereka.
Mama Ara dan Papa Yazar masih betah menunggu di ruang tengah. Keduanya menunggu ditemani televisi yang menyala.
Suara ketukan sepatu yang beradu dengan lantai membuat keduanya terdiam dengan perasaan haru. Mereka membalikkan badan dan menatap siapa yang telah datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Jiel
Teen FictionAjiel Abidzar, remaja lelaki berusia 15 tahun yang hidup dalam kesengsaraan. Dia memang memiliki orang tua yang lengkap, namun hidupnya tak seperti kebanyakan remaja di luar sana. Mungkin orang-orang berpikir, bahwa memiliki orang tua yang lengkap...