.
.
.
.
.Sosok pria tua beserta beberapa pengawalnya tengah berada di sebuah ruangan. Ruangan itu tidak gelap. Ya seperti sebuah ruangan pada umumnya. Berisi banyak lukisan kuno dan juga beberapa barang antik milik sang pria tua. Pria itu duduk dengan gaya angkuhnya di sofa single.
"Persiapkan semuanya! Kita akan menemuinya hari ini juga," perintah pria itu. Dia Mr. S, pria tua dengan segala ide liciknya. Tapi herannya, selama ini ide yang ia dapatkan selalu berhasil. Namun tidak memungkinkan bahwa ia juga tidak akan mendapat kegagalan.
"Baik tuan!" para pengawalnya menjawab dengan serempak.
"Maaf tuan, tapi bagaimana cara membawanya? Seingat saya, dia selalu dijaga dengan ketat," seorang pemuda berusia kisaran 25 tahun itu bertanya. Dia Ghara, salah satu tangan kanan Mr. S.
"Culik aja," ceplos Mr. S dengan santainya.
Ghara sedikit terkejut. Namun ia hanya mengangguk. Tidak bertanya lebih pada tuannya itu.
"Ya sudah, sekarang pergilah!"
Para pengawal itu membubarkan diri dari hadapan Mr. S.
Setelahnya, pria itu beranjak dari duduknya. Ia menatap ke luar jendela, dimana jalanan yang padat akan kendaraan itu bisa terlihat. Ia tersenyum misterius.
"Maaf, tapi aku harus menyadarkan dirimu. Kamu sudah mulai terlena, dan kamu bisa saja lupa akan jati dirimu,"
"Aku tau kau bermaksud melindungi. Tapi caramu sepertinya sedikit salah. Bahkan kau kecolongan,"
Tawa sinis terdengar dari bibir pria itu. Mr. S menggeleng pelan. Senyum tipis terukir disana.
"Rahasia itu akan terbongkar secepatnya. Aku janji,"
Tanpa ia sadari, sekelebat bayangan hitam melintas di belakangnya dengan cepat. Bayangan itu menghilang secara tiba-tiba.
Di sisi lain, Jiel dan keenam abangnya itu tengah berjalan-jalan di taman. Taman yang luas dan dipinggir taman itu terdapat banyak pedagang kaki lima. Makanan yang dijajakan tentu saja membuat para pengunjung merasa tertarik untuk mencicipi. Salah satunya Jiel.
Sejak sampai di taman, mata Jiel langsung disuguhi oleh berbagai macam makanan yang menggugah selera. Dahulu, sebelum ia tinggal bersama Naren, ia sering membeli jajanan kaki lima untuk mengganjal perutnya. Bahkan ia ingat, bahwa dulu ia membeli cilok seharga 10.000 untuk mengganjal lapar. Karena sejak kemarin ia tidak makan.
Menurutnya makanan kaki lima itu mengingatkan ia akan kenangan buruk dan manis. Ia mengingat masa-masa sulitnya dulu. Masa dimana ia selalu mendapat kekerasan, baik fisik maupun mental. Sampai dimana ia pernah nekat melarikan diri. Sia-sia sebenarnya, karena pada akhirnya ia akan kembali ke neraka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Jiel
Teen FictionAjiel Abidzar, remaja lelaki berusia 15 tahun yang hidup dalam kesengsaraan. Dia memang memiliki orang tua yang lengkap, namun hidupnya tak seperti kebanyakan remaja di luar sana. Mungkin orang-orang berpikir, bahwa memiliki orang tua yang lengkap...