Untuk Jiel • 13

465 51 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Untuk sebagian orang, keluarga adalah yang paling penting. Bagi mereka, mereka rela kehilangan segalanya demi keluarga. Apapun mereka lakukan, asal keluarga mereka bahagia.

Namun, tak sedikit pula yang menganggap bahwa keluarga bukanlah apa-apa. Satu kata beribu makna, tetapi tidak memiliki ruang tersendiri di hati beberapa orang.

Sama seperti sosok remaja lelaki berusia 15 tahun ini. Ajiel Abidzar, lelaki yang baru saja sadar dari koma setelah 3 hari berlalu. Akibat kekerasan yang menimpa dirinya, ia sempat dinyatakan koma oleh dokter. Untungnya, Jiel cepat sadar. Anak itu kuat sekali.

Jiel sudah menekankan pada dirinya sendiri, bahwa mulai sekarang, ia tak punya keluarga sama sekali. Ia tidak punya orang tua. Ia tidak punya yang namanya keluarga. Yang ia punya sekarang bukankah hanya sementara?

Keberadaan enam remaja tampan bagaikan penyelamat untuknya, lalu kedua orang tua Naren yang dengan sukarela menerima dirinya. Bukankah itu hanya kebahagiaan sesaat?

Jiel akui ia sempat terlena. Namun hati kecilnya kembali menyadarkannya. Bahwa tak semua yang ia dapat, adalah ketetapan. Di suatu saat nanti, siapa yang tau jika semuanya akan hilang begitu saja? Pergi menjauh, meninggalkan dirinya yang tenggelam dalam kesepian.

Hembusan napas berat terdengar begitu memilukan. Jiel mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Sepi. Hanya suara jarum jam yang bergerak memutar. Sekarang pukul 09.15 WIB, sudah dipastikan bahwa semua abangnya masih berada di sekolah.

Eh...apakah ia masih boleh menyebut mereka sebagai 'abang'? Bukannya bagaimana, ia hanya takut dicap tidak tau diri nantinya.

Jiel menggelengkan kepalanya. Berusaha menghilangkan segala pemikiran negatif yang tiba-tiba saja membuat kepalanya pening.

Sekarang, tenggorokannya terasa kering. Ia ingin minum. Namun tubuhnya masih lemas untuk sekedar digerakkan. Maka ia hanya diam. Berharap ada seseorang yang masuk ke dalam ruangannya, dan membantu dirinya untuk minum.

Sementara itu, di SMA Neo Lentera, Dreamies tengah berada di rooftop. Lagi-lagi mereka membolos. Padahal jika dihitung, mereka masih termasuk murid baru. Entah apa jadinya jika orang tua mereka tau, bahwa anaknya sering membolos sekarang.

Mereka tidak melakukan apapun. Hanya duduk diam seraya mengamati langit di siang itu. Tidak ada yang merokok, karena jika ada yang berani merokok, sudah dipastikan ia akan mendapat ceramah panjang dari Rendi.

"Jiel udah sadar belum ya? Dari kemarin gue gak bisa tenang," gusar Naren memecah keheningan.

"Daripada mikir itu, gue lebih mikirin keberadaan pelakunya," sahut Chandra menanggapi.

Untuk JielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang