Untuk Jiel • 27

352 52 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Hari Minggu, hari yang paling menyenangkan bagi kaum mageran. Hari dimana mereka bisa tidur sepuasnya sebelum melakukan aktivitas lagi.

Pagi-pagi sekali, Jiedan sudah pergi entah kemana. Ia hanya meninggalkan sebuah surat yang menurut Jiel tak begitu penting. Jiel yang dilanda kebosanan lantas memilih untuk melakukan home tour sendirian.

Entah mengapa langkah kakinya justru mengarah ke kamar Jeydenn. Ada rasa penasaran yang belum ia tuntaskan. Feeling nya sih mengatakan, bahwa ada rahasia yang besar yang tersimpan di dalam rumah ini.

Jiel membuka pintu kamar Jeydenn. Ia menghela napas lega saat pintu itu berhasil ia buka dengan mudah. Ia merasa bersyukur karena Jiedan yang jarang mengunci pintu kamar lain.

"Kok udah rapi?" monolognya seraya menatap kamar Jeydenn yang sudah tertata rapi dibanding terakhir kali ia kesini.

Ia tak ambil pusing, yang penting tujuannya kemari dapat terselesaikan. Apalagi ingatannya yang kembali tertuju pada seseorang dengan nama Tony, membuatnya yakin bahwa memang ada yang tak beres disini. Jiel tak mau terlihat seperti orang bodoh. Setidaknya ia harus berusaha mencari, walaupun ia tak tau, apakah berhasil atau tidak.

Langkah Jiel membawanya ke sebuah brankas yang terletak di sebelah almari baju. Jiel baru sadar, padahal ada brankas, kenapa berkas kejahatan Jeff kemarin justru disimpan di dalam kotak? Kan kalau dipikir-pikir, lebih aman disimpan di dalam brankas.

Jiel berjongkok, menatap dalam diam brankas yang digembok itu. Ia tak bisa merusaknya. Jiel takut kalau Jiedan tiba-tiba curiga padanya.

Netranya menemukan sebuah kawat pendek yang terselip di bawah almari. Sepertinya keuntungan sedang berpihak padanya. Jiel tersenyum senang.

"Rejeki anak baik," girangnya.

Tangan Jiel dengan lincah memutar kawat itu, berusaha membuka gembok walau sedikit kesulitan. Otak Jiel ini sepertinya sangat encer, ada saja idenya.

"Yes! Ternyata bener, Tuhan selalu memudahkan urusan anak baik. Kalo gitu, Jiel janji bakal jadi anak baik, gak akan nakal-nakal," soraknya.

Dengan perasaan yang sangat bahagia, ia membuka brankas tersebut. Berharap apa yang ia cari ada di dalam brankas itu.

Sementara itu, hari ini Dreamies kembali berkumpul di markas mereka. Sudah lama mereka tak mengunjungi tempat itu. Bahkan kini banyak debu yang menempel di berbagai sudut ruangan, membuat mereka terpaksa membersihkannya terlebih dahulu.

"Hah....capek banget!" Chandra duduk lesehan usai meletakkan kemocengnya di atas meja.

"Gila, berapa tahun nih gak dibersihin? Kotor banget!" keluh Rendi. Ia ikut mendudukkan dirinya di sebelah Chandra.

Untuk JielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang