Untuk Jiel • 29

480 54 9
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Malam ini sangat berbeda daripada biasanya. Entah mengapa suasana malam ini terasa lebih mencekam dan menakutkan, padahal tidak ada yang aneh pada malam ini.

Sekumpulan remaja lelaki itu duduk saling menyender di lantai, menghadap ke sebuah televisi yang menayangkan sebuah kartun yang diproduksi oleh Disney. Tayangan kartun berisikan tokoh yang hidup pada jaman kerajaan. Dua tokoh utama yang merupakan kakak beradik. Frozen, kartun favorit Jiel yang sudah lama tidak ia tonton.

"Abang, Jiel tiba-tiba kepikiran sesuatu," celetuk Jiel memecah keheningan di ruangan itu.

"Kepikiran apa?" Naren menyahuti.

"Kalo misal, Jiel ternyata punya keluarga lain selain bunda sama ayah, gimana? Menurut kalian, Jiel harus ikut siapa?" tanya Jiel menatap lurus ke televisi.

Tawa Haikal menguar, "kenapa mikirnya kaya gitu? Aneh banget pemikiran lo, cil! Lagipula nih ya, kalo emang lo bener punya keluarga lain selain mereka, ya bersyukur aja. Siapa tau keluarga baru lo lebih baik,"

Jiel terdiam. Ada makna tersendiri saat ia menanyakan itu. Ia tak hanya ingin mendengar reaksi dari para sahabatnya yang memiliki usia diatasnya.

"Terus Jiel harus terima gitu aja?" tanyanya lagi.

"Gini loh, kalo misal Jiel punya keluarga lain--"

"Contohnya keluarga kandung deh bang," Jiel memotong ucapan Marco.

"Hah? Keluarga kandung?" Naren menegakkan tubuhnya.

"Berarti mereka bukan keluarga kandung kamu?"

Jiel mengendikkan bahunya, "kan Jiel tanya doang, abang,"

"Ya misal deh, kamu ketemu sama keluarga kandung kamu. Kira-kira, apa yang bakal kamu lakuin pertama kali?" Marco bertanya.

Jiel sempat terdiam beberapa saat, sebelum netranya menatap satu persatu sahabatnya dengan baik.

"Jiel gak tau,"

"Kenapa gak tau? Lo gak ada gambaran sama sekali, gitu?" cetus Jevan ikut masuk dalam pembicaraan.

"Ya sekiranya nih ya, lo ketemu keluarga lo, tapi lo gak tau nih apa yang bikin lo sama mereka kepisah, nah lo mau gak cari tau alasan itu? Atau mungkin, lo malah bersikap bodoamat sama itu semua?" timpal Chandra.

Jiel menyenderkan kepalanya di bahu Jevan, membuat yang lain merasa aneh dengan sikap Jiel. Padahal tadi menempel pada Naren. Mengapa tiba-tiba menempel pada Jevan? Jevan sih oke aja.

Untuk JielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang