God's hand

51 13 3
                                    

Tak ada yang lebih buruk dari perkelahian batin ditengah acara seseru dan sebesar bunkasai sekolah. Hari dimana kalian seharusnya bersenang-senang tanpa beban dengan teman-teman harus terganggu dengan rasa-rasa tak enak dalam hati dan membuat satu hari penuh kalian berwarna hitam. Seperti yang saat ini dirasakan oleh Sanzu, Izana, dan Rindou. Ketiga orang itu berada di lantai tiga, tempat yang akan sangat jarang didatangi orang-orang. Menyelesaikan hal yang lama ditunda untuk selesai.

"Na...gak perlu gini...lo bisa jalanin lagi sama Rindou" Bujuk Sanzu. Ia yang paling merasa tak enak disini. Karena menurutnya semua masalah ini terbuka kembali karena dirinya.

"Zu...tanpa lu balik atau ga. Mau ini masalah kebuka atau gak, gua emang gak bisa maksain lebih lama lagi. Rindou sayangnya cuma sama lu. Walau dia dah ngelewatin banyak hal sama gua, ga nutupin kilas balik di hati dia buat lu...gua gak mau lebih lama lagi nyakitin kita berdua...nyakitin lu...gua mau lu yang jagain dia sekarang" Ucap Izana dengan senyum lebarnya. Dadanya sakit sekali, namun ia sudah cukup lelah menahannya.

"Janji sama gua, Na...jagain dia baik-baik...gua percaya lu. Jangan cemasin orang yang ancem lu...udah diberesin Mikey. Sampe lu berdua gak balikan, gua bakar ini bunkasai! Dah yaaa? Gua gak bisa lama ini...kudu jaga stan takoyaki...duluan ya" Ucap Izana pamit setelah mengecup pipi Rindou untuk yang terakhir kalinya.

"Na...gua minta tolong, 1 hal..." Ucap Sanzu, menyeka air matanya. Izana berhenti melangkah dan menoleh.

"Jagain Rindou sampai study exchange gua selesai..." Ucap Sanzu, dijawab acungan ibu jari oleh Izana setelah membalikkan badan dan berjalan menjauh dari sana.

"Gak kamu ga Nana, jagain jagain...AKU KAN BUKAN BAYI! BANGSAT EH!'' Omel Rindou sambil tersenyum pahit ke arah Izana yang tengah berjalan di koridor meninggalkan mereka berdua.

✰⋆:*☽:⋆✰⋆:*☽:⋆✰⋆:*☽


Dipercepatnya langkah kaki yang melemah itu. Siapa bilang Izana kuat melepas Rindou? Dia seperti kehilangan dunianya, namun ini lebih baik dari pada terus-terusan melihat Rindou memaksakan dirinya untuk menerima Izana. Selesai jauh lebih baik, walau menyakitkan. Tanpa sadar Izana menubruk seseorang saat berjalan dan hampir terjatuh. Alangkah terkejutnya ia saat menatap siapa yang ditabraknya.

"Ka-ka...kucho?!" bisiknya, Izana mematung. Menatap baik-baik rambut legam dan bekas luka yang khas di sekitar area kepala hingga mata lelaki yang dipanggilnya Kakucho itu. Lelaki itu tersenyum manis dan membantu Izana berdiri.

"Apa kabar, Iza?" Tanya lelaki yang lebih tinggi beberapa senti darinya itu. Izana menitikkan airmatanya.

"I-ini beneran kamu?! Kamu...Kamu ngapain disini?! Hah? kamu gak kabur kan?!" Tanya Izana histeris. Ia seakan melihat jasad yang bangkit dari kubur. Rasa sakit di dadanya akibat Rindou sirna seketika saat ia melihat Kakucho Hitto tepat di hadapannya. Tidak dengan gaya yang tak karuan seperti terakhir ia melihat Kakucho di tempat terkutuk dulu itu, Kakucho yang berada di hadapannya saat ini jauh lebih rapi dan tampan. Ia bahkan menumbuhkan rambutnya kembali.

"Aku mulai sekolah disini selesai bunkasai nanti, Iza...kita bakalan sekelas, jadi...mungkin kamu bisa anter aku jalan-jalan buat ngenalin sekolah kamu...dan dunia kamu sekarang?" Tanya Kakucho sambil memeluknya. Izana menangis sejadinya, peduli setan dengan tatapan aneh orang-orang, ia baru saja dipertemukan oleh dunianya yang hilang. Baji yang menyaksikan hal itu tersenyum hangat dan menghubungi ayahnya di speed dial ponselnya.

"Pa...makasih banyak ya udah adopsi Kucho...dia boleh kan tinggal sama Baji? di Apart? Biar ga kejauhan kalo berangkat sekolah?" Tanya Baji. Chifuyu yang tengah menyantap mie peyoung di sampingnya terkejut dan tersenyum sambil kesusahan mengunyah mie yang memenuhi mulutnya.

Cry Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang