30

720 108 41
                                    

(Sorry kalau ada typo)
Jangan lupa untuk tinggalin jejak kamu..


















Zio pulang ke rumah, parkir motor. Hari ini terakhit Try out makanya dia seneng walaupun belum terakhir juga tapi masih minggu depan its okay, dan bulan depan ujian nasional tapi dia seneng hari ini mau main sama Holly.

Tadi udah dia kabarin mau jemput Si Tuan Putri, cuma mau jalan-jalan ke Mall aja sih sambil nyari cemilan.

Baru beberapa hari gak ketemu, rasanya Zio kangen gitu. Emang agak lebay.

Dia sempat mikir kalau pulang dari pacaran sama Holly,  "Apa gue nikahin aja yaa ni bocah, biar bisa ketemu tiap hari?" Gitu

Tapi masalahnya Holly masih di bawah umur Jioo...

Dia juga belum mampu untuk nafkahin anak orang.

Sumpah dia tuh gemes banget sama Holly, kayak tiap ketemu pengen dia gigit mulu saking gemesnya.

Zio mausk ke rumah lihat Mama duduk di meja makan melamun. Ada berkas di depannya.

"Ma, Jio pulang." Mama masih gak sadar kalau Zio udah ada di belakang.

Zio sentuh pelan bahu Mama, "Mama kenapa?"

Sonia sadar dan buru-buru sembunyikan berkas yang ada di depannya tapi Zio terlalu gesit.

"Ini apa?" Tanya Zio, Mama berusaha ambil itu.

"Gakpapa Jio, sini kasih Mama."

"Kalau gak apa-apa kenapa Mama sampai ngelamun gak sadar kalau Jio udah pulang, Jio panggil dari depan." Kata Zio,

"Mama capek aja, sini Jio." Minta Mama.

Zio gak percaya dia milih duduk di depan Mama, dia buka isi map coklat baru kop surat yang terlihat udah bikin jantung Zio rasanya mau menceloss.

Dia lihat Mama yang nunduk,

"Pengadilan Negeri?" Tanya Zio, Zio balikin lagi suratnya dia gak sanggup, mau tanya ke Mama dulu.

"Mama gugat cerai Papa?" Tanya Zio, bukannya jawab Mama Sonia malah nangis nutup wajahnya pakai kedua telapak tangan.

"Ma?"

Mama Geleng lemah, "Mama sayang sama Papa Jio..."

Kalimat itu bikin Zio buka lagi berkasnya, ternyata bukan Mama yang gugat cerai Papa. Tapi sebaliknya.

Zio diam, dia gak bisa ngomong apa-apa lagi, lihat Mama nangis sesengukan di depannya. Dan berkas di tangannya bikin dia marah.

"Kenapa Ma?" Tanya Zio, Mama geleng lemah.

Setelah kejadian menimpa keluarganya kenapa Papa harus bertindak kayak gini?

Seolah-olah dia ninggalin Mama sama Zio sendiri.

Zio berdiri dia ambil kunci motor yang baru 10 menit yang lalu dia gantung.

"Zionatan..." Mama tahu Zio mau kemana.

Mama Sonia geleng, "Jangan, Papa juga pasti kepikiran Ji, mungkin ini keputusan terbaik Papa." Kata Mama.

"Keputusan terbaik apa Ma? Keputusan terbaik apa kayak gini? Ceraiin Mama dan ninggalin kita tuh keputusan terbaik?" Tanya Zio, wajahnya merah padam.

Mama Sonia gak sanggup untuk bicara lagi, dadanya sesak dia nangis sejadinya meluk Zio.

Zio dongak ke menatap langit-langit rumah. "Maafin Mama Papa Jio."

Zio lepas pelan pelukan Mama. "Ma, biarin Jio ngobrol dulu sama Papa yaa," Kata Zio, minta Izin ke Mamanya.

Dia gak mau kalau mereka pisah demi apapun gak mau, keluarga mereka dari dulu selalu harmonis masa cuma gara-gara Papa sekarang di penjara mereka jadi orang biasa lagi, Papa nyerah.

Hope and Pain (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang