sebuah kebingungan

46 3 0
                                    

Malam hari di kediaman adropith, mereka tengah berkumpul dengan keheningan, lalu tak lama sella dan alga pulang. Mereka menyirit kala melihat keluarganya yg berkumpul juga ada beby di sana.

"Ka sella, ka alga udah pulang? Sea di mana?" Tanya beby dengan nada yg terdengar lembut. Namun bagi sella itu sangat mengekang telinga nya.

"Ada urusan sama lo. Emang sea belum pulang?" Tanya sella dengan wajah penasaran. Alga tersenyum miring dalam hati mendengar pertanyaan yg sella lontarkan. Namun tetap mempertahankan wajah datarnya.

"Dia belum pulang bunda kawatir" ujar lisa dengan tangan tak berhenti mengotak atik ponselnya.

Tak lama terdengar suara notifikasi ponsel yg begitu keras hingga seluruh mata tertuju pada beby yg membuka ponselnya dengan raut wajah terkejut.

"Ga mungkin ini orang pasti ngada ngada siapa si" pekik beby. Membuat bastian merebut ponsel beby.

Di sana terdapat foto sea dengan seorang pria parau baya dengan bergandengan tangan mesra, jangan lupakan baju yg sea kenakan sungguh terlihat feminim. Foto tersebut berlatar belakang bar ternama.

"Liat anak kesayangan dan adik kesayangan kalian" teriak bastian frustasi melempar ponsel beby yg di tangkap aron.

Aron menyirit melihat foto itu begitupun dengan lisa dan juna. Alga dan sella hanya memperhatikan tak mau ikut campur.

"Dasar anak kurang ajar" berang lisa.

"Ga tau diri banget" gumam aron di angguki juna.

"Liat aja kalau pulang" ujar lisa mendudukan diri di sofa lalu menangis. Tanpa di sadari salah satu dari mereka tersenyum simpul lalu mengubah mimik wajahnya seperti semula.

"Liat aja ga akan gue biarin anak pungut itu masuk rumah gue" geram bastian dengan rahang mengeras.

"Maksut lo apa. Dia adek gue" bantah alga.

"Cewe murahan kaya dia ga pantes menyandang gelar nona muda adropith" teriak bastian marah.

Plak

"Dia adik kandung lo kalo lo lupa" bastian terdiam mendapat tamparan dari sella.

"Selesaikan masalah kalian kami tidak mau kalian bertengkar hanya masalah ini" ujar juna dingin menatap sekilas beby lalu pergi di ikuti aron yg berdecih sinis, sembari merangkul lisa menuju kamar.

"Gue peringatin sama lo. Seburuk apa pun sea dia tetep adek gue" tekan alga lalu melangkah pergi.

"Lo belain cewe murahan itu? Bahkan ga tau malu ngegoda om om. Bukan nya ansera algara adropith sangat tidak menyukai wanita murahan heh" serkas bastian menatap remeh alga, yg membuat alga berhenti melangkah.

Plak

Tamparan di pipi sebelahnya membuatnya terkejut berkali kali lipat.

"Sekali lagi lo ngatain sea gue ga segan segan buat tampar lo. Walau lo abang gue sekali pun. Inget siapa yg dulu ngebantu lo, sama alga buat baikan. Lo sadar diri ga si? Mikir ga si? Lo lupa sama kejadian beberapa tahun silam?  Atau lo pura pura ga inget. Perlu gue ingetin siapa yg buat sea hilang waktu itu? Perlu gue perjelas?" Bastian mengetatkan rahangnya menatap sella. Lalu tangan nya terangkat hendak menampar sella namun terhenti di udara.

"Kenapa mau nampar gue? Lo mau lakuin hal yg sama 2 tahun belakangan ini?" Ujar sella lalu pergi, setelah keduanya menaiki tangga bastian mengeram frustasi sembari mengacak rambutnya.

"Ka"panggilan lembut dari beby membuat bastian menoleh.

"Anterin aku pulang ya, aku takut" cicit beby.

"Rumah lo bukan nya di depan ya ngapa kudu di anterin dasar manja" teriak sella dari atas tangga lalu mengacungkan jempol yg mengarah ke lantai, di selingi smrik licik. Namun tak bertahan lama karna alga mengapit lehernya dan menarik. Menuju kamar mereka.

Alga dan sella punya 1 kamar yg berisi 2 ranjang khusus mereka. Namun biasanya hanya di tempati alga karna sella memilih tidur di kamar samping sea, kamar itu yg awal nya katanya milik seorang gadis bagian dari adropith.

Di sisi lain sea tengah duduk di kasur. Tiba tina pintu terbuka menampakan sosok pria tampan dengan rambut kecoklatan, pria yg memiliki visual sempurna itu mendekati sea yg hanya terdiam dengan pandangan tertuju pada pria itu.

"Udah makan hmm?" Suara itu, sea pernah mendengarnya namun lupa. Gadis itu hanya mengangguk membiarkan pria itu mengelus rambutnya dengan sayang karma itu sungguh nyaman untuknya.

"Ga kangen sama saya?" Sea menyirit bingung lalu menatap pria itu dan menggeleng.

Sea bisa merasakan elusan pria itu berhenti dengan badan menegang lalu matanya mengerjap sekilas.

"Kamu ga inget saya?" Sea menggeleng sembari menunduk. Ada rasa sakit ketika pria itu mendengar kalau gadisnya tak mengenalinya.

"Ada apa?" Tanya pria itu mendongakan kepala sea lembut.

"Suara kaka seperti pria yg masuk ke kamar sea tanpa ijin" ujar sea membuat pria itu meringis, lalu kembali mengelus rambut sea.

"Ga papa yg penting saya sudah menemukan mu. Saya harap kamu mengingatnya karna itu akan membawamu pulang" sea tak mengerti maksut pria itu.

"Pulang? Maksut kaka ke rumah bunda" pria itu hanya mengangguk dengan tersenyum lembut. Lalu tak lama seorang pria masuk tanpa ijin di ikuti gadis cantik yg tak asing di mata sea.

"Hay sea" sapa gadis itu dengan ramah. Sea menyirit bingung dan menyembunyikan dirinya di balik punggung pria itu. Seolah takut pada 2 human yg tadi baru saja masuk.

"Wajahmu terlalu menyeramkan ve" celetuk pria yg tadi datang membuat gadis yg di panggil ve menampol kepala pria itu.

"Jangan bertengkar. Mending kita main di bawah. Kamu ikut sea" sea melongokan wajahnya dengan tangan menggenggam kaos pria itu.

"Boleh?" Tanya sea di angguki mereka. Sea terpekik kala dirinya di gendong ala bridal style.

"Turunin sea sea bisa jalan kaka" pekik sea di sepanjang jalan namun tak diindahkan pria itu begitupun 2 human berbeda jenis itu hanya diam dengan terkekeh geli.

Salah satu dari mereka membaca sebuah pesan lalu tersenyum smrik menatap sea yg berada di depan nya tengah berteriak meminta di turunkan.

"Lets' play to game girls"

Kenapa?...||Transmigrasi Chelsea (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang