"Tadi...aku liat ada...ada cahaya gitu..." ucap Frey, "Di situ.." jarinya menunjuk ke arah ruangan yang sedang ia tatapi. Pandangannya terlihat tegang, begitu pula urat di wajahnya.
"Ngomong apaan sih, mana mungkin ada cahaya? Rumah ini kan udah lama ngga dihuni, listriknya juga pasti udah diputus" ujar Ayyara
"Sumpah aku nggak bohong, tadi itu ada cahaya cuma sekilas gitu terus hilang" kata Frey, kini ia menatap ke arah dua sahabatnya.
Melihat raut wajah Frey, seharusnya mereka percaya bahwa pria itu tidak berbohong. Namun, hal itu susah untuk dilakukan.
"Si..siang.. bolong gini...nggak..ada hantu, iya kan Ma?" tanya Ayyara, mencengkram lengan baju Kama
"Nggak ada yang namanya hantu" kata Kama sebelum berdiri dan menepuk - nepuk celananya agar bersih dari debu, "Paling itu cahaya matahari yang masuk lewat jendela pecah aja"
"But ma, itu ngga masuk akal kalau cuma cahaya matahari aja... Tadi itu jelas banget kayak misalnya kamu nyalaiin lampu terus matiin lagi" kata Frey, ikut berdiri. “I’m not lying, okay? Why would I? Kalian tahu aku paling pengecut sama ginian”
Memang benar jika lawannya adalah manusia maka Frey akan menjadi yang paling pemberani. Selain dari itu, nyalinya langsung hilang ditiup angin.
"Masa sih? Aku nggak percaya" tanya Kama, melangkah maju.
"Kama mau kemana ih?!" tanya Ayyara panik sambil menahan tangan sahabatnya dengan erat. Gadis itu juga akhirnya ikut berdiri.
"Mau cek lah, aku ngga percaya sama yang namanya hantu" kata Kama, “Itu cuma dibuat – buat aja”
"Se..serius mau cek?" tanya Ayyara, gugup.
"Iya lah, ngga ada gunanya diem sambil ketakutan di sini" kata Kama, "Mau pergi juga ngga bisa kan? Ya udah cek aja sekalian" Kama benar, suara anjing itu masih bisa terdengar dari balik pintu. Mereka terjebak.
"Mending cari pintu lain aja yuk, biar bisa segera pergi dari sini" ajak Frey. Pria itu lebih memilih berurusan dengan anjing galak tadi daripada hantu. Lebih baik lagi, ia berharap ada pintu belakang di rumah ini.
"Iya makanya sekalian aja, cari pintu keluar yang lain sama cek ruangan itu" kata Kama, menggidikkan bahunya, "Siapa tahu di ruangan itu ada pintu keluar"
"Ayolah, daripada takut - takutan ngga jelas mending cek aja biar jadi jelas" kata Kama, mengulangi ucapannya. Benarkan katanya, seperti seorang ayah yang sedang membujuk kedua anaknya yang sedang ketakutan.
Tanpa menunggu kedua sahabatnya, Kama tetap melangkah menuju ruangan itu. Kama percaya dengan sesuatu yang punya penjelasan logis, bukan mistis.
"Ikut..." kata Ayyara, menyusul pria itu sebelum memeluk kembali lengannya. “Ma, yakin itu cuma cahaya matahari?” Kama menganggukan kepalanya.
"Eh..eh mau kemana? Aku jangan ditinggal dong.." rengek Frey panik sebelum langsung menyusul kedua sahabatnya itu. Frey segera mengklaim sisi Kama yang kosong sebelum kemudian ikut memeluk lengan Kama juga. Sungguh, ia seharusnya menjadi yang paling tangguh di antara mereka bertiga.
Melihat perilaku kedua sahabatnya, Kama cuma bisa menggelengkan kepalanya. Tidak seharusnya mereka takut dengan sesuatu yang tidak ada. Ditambah, sinar matahari sebenarnya memenuhi rumah ini, masuk lewat celah - celah di atap dan di jendela yang rusak. Hal itu sangat membantu dalam penerangan di dalam rumah tersebut. Memang, rumah itu memberikan creepy vibe tapi itu sungguh hanyalah ketakutan mereka yang berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlempar Ke Dunia Sihir, Negeri Rothras
FantasyTiga sahabat masa kecil, Kros, Ayyara, dan Frey, tiba - tiba terjebak di dunia lain yang penuh dengan sihir, Negeri Rothras setelah ketiganya secara tidak sengaja menemukan sebuah portal di rumah tua ketika sedang berlindung dari kejaran anjing meng...