Bab 12 : Penginapan

6 2 0
                                    

"Desa itu ada di depan kita" kata Kros

Ketika mereka sampai di desa yang dimaksudkan Kros, hari sudah berubah menjadi gelap lagi. Atas desakan Kros, mereka tidak beristirahat lebih dari lima belas menit. Semua itu ia lakukan semata - mata agar mereka berempat segera sampai di desa. Untungnya, Frey tidak melontarkan protes apapun selama sisa perjalanan mereka. Mungkin karena pria itu sebenarnya ingin segera sampai juga.

"Akhirnyaa..." ujar Frey, ia merasa sangat lega mendengar hal tersebut.

Anehnya, Kros malah menghentikan langkahnya, "Ada apa, Kros?" tanya Ayyara

"Sebentar, aku harus pakai penutup wajahku dulu" kata Kros. Yang ia maksud sebagai penutup wajah ternyata adalah yang dikenal mereka sebagai masker buff. Kini, kain berwarna biru tua sudah menutupi bagian wajah Kros sampai ke lehernya.

"Kalian sebaiknya menggunakannya juga" kata Kros, "Kemarin aku juga membelikan kalian masing - masing satu"

"Mengapa begitu?" tanya Kama heran.

"Untukku, supaya tidak ada yang mengenaliku... Untuk kalian, supaya tidak ada yang bisa mengingat wajah kalian" kata Kros, "Ingat, kalian orang asing dan akan selalu menjadi orang asing di dunia ini... Alangkah baiknya tidak ada yang mengingat wajah kalian untuk keselamatan diri kalian sendiri"

"Baiklah, kurasa kau ada benarnya juga" kata Kama

"Satu lagi, ketika ada orang lain di sekitar kita, jangan panggil aku pangeran atau Kros" kata Kros, "Lebih baik tidak ada orang yang tahu aku ada di sini"

Frey tak tahan untuk tidak mendengus mendengar itu, "Aku tidak akan pernah memanggilmu dengan sebutan pangeran, tenang saja" kata Frey, memutar bola matanya malas.

"Lalu, bagaimana caranya kami untuk memanggilmu jika kami tidak boleh menyebut namamu?" tanya Ayyara

"Panggil saja K atau apapun yang kalian inginkan, yang penting jangan nama asli ku" kata Kros

"Kami mengerti" kata Kama sambil merogoh tas di belakangnya untuk mencari benda yang dimaksud Kros.

Setelah selesai, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Sesuai dengan perkataan Kros, lima menit kemudian mereka sudah sampai di tempat masuk desa, sebuah gerbang berukuran sedang yang terbuat dari kayu. Desa yang dikelilingi pagar kayu ini terlihat kurang lebih sama seperti desa yang mereka datangi pertama kali, hanya saja terlihat lebih sepi. Beberapa bangunan terlihat memiliki dinding dari batu dan sebagian memiliki dinding kayu.

Namun, bagunan di desa itu terlihat tersusun rapih dalam satu bari, membentuk jalan yang cukup lebar. Jalanannya sendiri terlihat berdebu dan berpasir, bukan merupakan lapisan aspal. Selain itu, meski dikelilingi dengan hutan, tidak tampak satu pohon pun di dalam desa itu - setidaknya yang lebih tinggi dari bangunan - bangunan tersebut.

"Kita cari penginapan dulu malam ini" kata Kros

Mereka bertiga berjalan di belakang Kros, membiarkan Kros memimpin adalah keputusan yang paling tepat dalam kondisi ini. Jalanan yang mereka lewati terlihat cukup sepi dari tanda - tanda kehidupan, berbeda dengan jalanan yang pertama kali mereka datangi - mungkin ada hubungan dengan fakta bahwa hari sudah malam juga.

Tidak jauh dari pintu masuk desa tersebut, Kros berhenti di depan sebuah bangunan dua tingkat. Bangunan itu terlihat cukup tua tapi masih berdiri dengan kokoh. Sekilas, tidak ada yang aneh dengan bangunan itu. Melihat sang pangeran yang melangkah masuk ke dalam, mereka segera mengikutinya.

Ternyata, bagian dalam dari bangunan, bagian lobi tepatnya, terlihat sama dengan yang ada di dunia ketiga sahabat itu - ada seseorang yang berdiri di belakang meja panjang dan bertugas untuk menerima tamu. Seorang wanita yang terlihat lebih tua dari mereka berdiri menyambut tamunya yang baru datang dengan senyum. Hal itu membuat Kama mencoba menebak berapa umur dari wanita itu jika ia terlihat lebih tua dari Kros dan Elean.

Terlempar Ke Dunia Sihir, Negeri RothrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang