"Coba ulangi lagi isi gulungan kedua" kata Elean
"Tuturkan maksud sejati dan hanya itu dengan lantang, seimbangkan jiwa, murnikan batin, hati jauh dari kelam, maka langit dan bumi akan mendengar... Jika restu jatuh maka jalan yang dicari akan tampak, dibawah hamparan cahaya, semuanya akan kentara... Yidrac menanti tamunya" ucap Kama
"Bagaimana? Apakah kau mengerti maksudnya?" tanya Frey
"Aku tidak yakin, butuh waktu bagiku untuk berpikir" kata Elean
"But we don't exactly have time here" kata Frey
"Bagaimana dengan gulungan ketiga?" tanya Elean
"Kosong" kata Kama
"Kosong?" tanya Elean, alisnya berkerut.
"Yup, kau mendengarku. Tidak ada apapun di dalamnya, hanya sebuah gulungan kosong" kata Kama
Elean jadi bingung, tidak mungkin jika ia salah memberikan gulungan. Dirinya tak seceroboh itu. Lagipula ia tahu mana gulungan miliknya dan mana yang bukan.
"Mungkin tersenyembunyi" simpul Elean, "Tidak sedikit ahli sihir yang menyembunyikan isi gulungan mereka"
"Lalu cara memunculkannya bagaimana? Kau ada ide? Ini bidang ahlimu, bukan?" tanya Kama
"Tidak tahu sejujurnya karena hal ini berlaku berbeda - beda tiap ahli sihir" kata Elean, "Satu hal yang jelas adalah gulungan itu kosong bukan berarti tidak penting. Semuanya pasti punya peran"
"Bagaimana kau bisa yakin sekali?" tanya Frey
"Aku hanya yakin saja... Kalian harus belajar tidak menyepelekan hal apapun, tidak peduli seberapa kecil dan tidak penting itu tampaknya" kata Elean
"Semua ini sangat membingunkan, tak ada satu titik terangpun" kata Frey, "Aku sangat frustasi, kau tahu?"
"Aku ingin sekali bertemu dengan orang yang membawa kami ke sini" lanjut Frey
"Lalu? Mau apa?" tanya Kama
"Akan aku perkenalkan dengan left dan right milikku" kata Frey, mengacungkan kedua kepalan tangannya secara bergantian.
"Kau memberi nama tinjumu? Kalau milikmu Kama, namanya apa?" tanya Elean
Kama tertawa keras. Garing memang tapi dalam situasi ini Kama menemukannya humor itu lucu. Apalagi ditambah ekspresi Elean yang terligat benar benar penasaran dan takjub. Seakan - akan ini adalah hal dahsyat yang harus ia pelajari.
Menggelengkan kepalanya tak habis pikir, "Tidak, Frey saja yang aneh" kata Kama
"Hey!" protes Frey
Bukannya merasa bersalah, Kama malah semakin keras tertawa. Eleanpun jadu ikut terkekeh dibuatnya. Benarkan, tawa itu sifatnya menular?
Merasa sebal karena jadi pusat guyonan kedua insan itu, Frey lalu berjalan dengan cepat meninggalkan keduanya yang masih sibuk tertawa.
"Eh, mau kemana Re? Jangan cepat cepat dong!" seru Kama sambil berlari menyusul sahabatnya yang sedang merajuk itu.
"Masa ngambek sih gitu aja, kayak anak kecil aja deh" kata Kama, mengalungkan lengan kanannya ke pundak sang sahabat.
"Ngga lah, siapa yang ngambek?" tanya Frey ketus
"Iya - iya deh, nanti kalau Ayyara lihat malah jadi ilfeel lohh" kata Kama
Frey langsung menatap Kama dengan cepat, menatapnya dengan tatapan tak suka, "Jangan bawa - bawa deh" kata Frey
Kama hanya terkekeh kecil sebelum akhirnya berhenti menggoda sahabatnya itu. "Sorry, udah lama ngga lihat wajah merajukmu itu" kata Kama, cengengesan. Sejujurnya, ia hanya ingin mengalihkan pikiran Frey barang sebentar saja dari keterpurukan. Dirinya juga sedih karena tak punya kabar dari Ayyara tapi ia tahu dengan baik bagaimana jahatnya pikiran terpuruk Frey pada dirinya sendiri — berbicara dari pengalaman yang sama sekali tak ingin ia ulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlempar Ke Dunia Sihir, Negeri Rothras
FantasyTiga sahabat masa kecil, Kros, Ayyara, dan Frey, tiba - tiba terjebak di dunia lain yang penuh dengan sihir, Negeri Rothras setelah ketiganya secara tidak sengaja menemukan sebuah portal di rumah tua ketika sedang berlindung dari kejaran anjing meng...