"Lalu bagaimana sekarang? Aku tidak bisa merasa tenang tanpa tahu keadaan kedua sahabatku" tanya Ayyara
"Jangan terlalu khawatir, peta ke perbatasan ada di tangan Kama... Ia tahu harus kemana" kata Kros
"Percayalah sedikit pada dua sahabatmu itu, mereka berdua lebih cakap dari yang kau kira" tambah Kros
Kros sebenarnya khawatir dengan kedua pria itu yang kini harus bertahan sendiri melewati hutan hingga bertemu dengan mereka lagi. Namun, ia tidak bisa menunjukkan perasaannya di depan gadis itu atau mereka berdua hanya akan panik bersama – sama. Dan itu sama sekali tidak akan membantu
"Tapi tetap saja" protes Ayyara, menghentak – hentakkan kecil kakinya, "Bagaimana kalau kita tunggu di sini saja, siapa tahu mereka sedang turun bukit... Mereka juga pasti sedang mencari kita sekarang" maniknua menatap milik Kros.
Kini setelah dirinya baik – baik saja, Ayyara tidak lagi memikirkan dirinya melainkan sahabatnya. Hanya itu yang memenuhi pikirannya tanpa henti. Rasa panik dan khawatir juga enggan lepas dari benaknya, tidak sampai ia punya sebuah kepastiaan.
Namun Kros menggelengkan kepalanya, sedari tadi ia belum melepaskan kedua tangannya dari pundak Ayyara, "Dengarkan aku Ayyata, ituerlalu berbahaya... Kita sebaiknya melanjutkan perjalanan sampai ke ujung perbatasan, aku yakin Kama akan pergi ke sana juga ketika tidak menemukan kita" kata Kros
Tanpa ia duga, air mata tiba – tiba mengalir keluar dari mata sang gadis di hadapannya. Kros jadi bingung dan sedikit panik dibuatnya, ia tidak pernah dihadapkan dengan seorang gadis yang menangis sebelumnya. Satu – satunya gadis yang ia kenal adalah Elean dan ahli sihir itu tidak pernah menangis, setidaknya di hadapannya. Bahkan ia tidak pernah melihat sang ratu meneteskan air matanya juga. Ia ragu harus apa.
"Hey tenanglah, ada aku disini" kata Kros, suaranya melembut.
"Aku akan membawa kalian bertiga pulang dengan selamat, tanpa pengecualian" kata Kros, mengelap air mata gadis itu di pipinya dengan lembut, "Aku sudah memberikan kata – kataku, bukan?"
Ayyara mengangguk, "Maaf, semua ini hanya terlalu berat untukku" kata Ayyara, gadis itu masih berusaha menghentikan isakannya.
"Aku hanya ingin pulang ke duniaku bersama Frey dan Kama... Ingin melupakan ini semua... Aku tak mau mati" isak Ayyara pelan
"Meski aku tidak bisa bilang kalau aku mengerti tepatnya bagaimana perasaan mu sekarang tapi aku tahu semua ini pasti butuh di proses olehmu" kata Kros, "Katakan padaku jika kau ingin bantuan, apapun itu"
"Aku ada di sini untukmu" kata Kros
Kros tidak pernah melakukan itu sebelumnya, memberikan janji pada seseorang yang baru ia kenal beberapa hari saja. Namun dengan Ayyara, ia tidak merasa salah melakukannya. Justru melihat gadis itu berhenti menangis membuatnya juga tenang.
"Ya sudah, kita tunggu beberapa waktu di sini jika itu maumu" kata Kros, melunak. Tidak pernah sebelumnya ia melakukan hal yang ditentang keras oleh instingnya. Namun nyatanya, semenjak ia bertemu dengan mereka, hal itu tampaknya lebih sering ia lakukan.
Ayyara menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku bisa memprosesnya sambil berjalan" kata Ayyara, "Berbahayakan kalau kita tetap di sini?"
Kros tersenyum lembut, "Kau yakin?" tanya Kros
Gadis itu hanya mengangguk.
"Senang mendengarnya, mari lanjutkan perjalanan kita. Katakan padaku jika kau butuh istirahat, kapanpun" kata Kros, ia masih tidak tega untuk menekan gadis itu.
"Terimakasih Kros, really" kata Ayyara
Sebuah senyum tulus terpajang di wajah Kros mendengar ucapan gadis itu, rasanya senang mendengar ucapan terimakasih dari seseorang yang tulus, "Karena kita kini berada di bawah bukit, kita harus mengambil jalan memutar lainnya... Sedikit lebih jauh karena memutar tapi aku yakin kita bisa melakukan ini" kata Kros
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlempar Ke Dunia Sihir, Negeri Rothras
FantasiTiga sahabat masa kecil, Kros, Ayyara, dan Frey, tiba - tiba terjebak di dunia lain yang penuh dengan sihir, Negeri Rothras setelah ketiganya secara tidak sengaja menemukan sebuah portal di rumah tua ketika sedang berlindung dari kejaran anjing meng...