Bab 13 : Tujuan Selanjutnya, Maeve

6 2 0
                                    

Setelah berjalan mengelilingi sekaligus mengamati seisi kamar mandi itu - menyelesaikan misinya - Kama akhirnya memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya dan segera mulai mandi. Walaupun, ia menemukan beberapa hal menarik.

Contoh lainnya adalah benda kecil harum yang ia simpulkan adalah sabun batang, benda itu mengeluarkan busa ketika ia gosok. Secara keseluruhan, itu adalah sabun batang dengan bentuk ukiran bunga meski teksturnya sehalus besi. Selain itu, tidak ada kaca di dalam ruangan itu, tidak ada gayung, bak air ataupun ember. Ini terlihat seperti desain unik dari sebuah kamar mandi, tidak lebih. Sejujurnya, Kama menjadi penasaran dengan bentuk bathtub di dunia ini - akan seunik apa desain dari benda itu.

Meskipun balik lagi, banyak hal lebih penting yang perlu ia khawatirkan selain dari bagaimana cara pancuran air mandi bekerja di dunia ini. Tidak buang - buang waktu lagi, Kama segera mulai rutinitasnya untuk membersihkan dirinya. Tubuhnya menjadi rileks ketika air hangat tersebut menyentuh kulitnya, membasuh segala debu, noda yang menempel. Buaian air hangat membuat Kama ingin lama - lama berada di sana, tapi ia akhrinya menyelesaikan mandinya mengingat masih ada dua pria yang kotor masih menunggu giliran mandi.

Setelah berganti dengan baju baru, ia melipat rapih baju yang telah ia kenakan selama sehari sebelum akhirnya melangkah keluar.

"Bagaimana dengan baju kotor ini? Apakah ada cara cepat untuk membersihkannya? Dengan sihir mungkin" tanya Kama

"Ada, letakkan saja di meja... Akan aku rapalkan sihir pembersih nanti" kata Kros sembari bangkit dari kasur, "Baiklah, giliranku sekarang"

Kama ingin mengeringkan rambutnya tapi ia tidak menemukan handuk. Tadi saja, saat ia mengeringkan tubuhnya ia mengenakan kain yang Kros belikan. Jadi Kama memutuskan untuk membiarkannya kering sendiri. Pria itu kemudian duduk di kasur yang berada di sebelah paling ujung, di samping kasur dimana Frey sedang berbaring di atasnya.

Bersih dan nyaman membuat Kama sedikit mengantuk, ingin langsung jatuh ke kasur dan terlelap. Sayangnya ia tahu ia tidak bisa karena Kros masih mengajak untuk berbicara dulu. Dan ia juga setuju jadi mau tak mau harus menahan kantuk.

Menatap ke arah Frey, lelaki itu awalnya mengira bahwa sahabatnya sudah jatuh tertidur tapi ketika ia duduk, Frey memutar tubuhnya ke samping sampai menghadap dirinya.

"Ma.." panggil Frey

"Hmm? Ku kira kau tertidur" respon Kama, bertumpu pada kedua tangannya di belakang.

"Bagaimana menurutmu tentang si Kros itu?" tanya Frey

"Bagaimana apanya?" tanya Kama, matanya melirik ke arah pintu kamar mandi yang tertutup.

"Ya menurutmu apakah kita benar - benar bisa mempercayainya? Apakah ia akan membunuh kita jika semuanya tak berjalan lancar?" tanya Frey

"Pendapatku masih sama... sepertinya kita bisa mempercayinya untuk membantu kita pulang" kata Kama, "Tapi..."

"Tapi?" tanya Frey

"Kita tetap harus siap untuk kabur kapanpun jika ternyata Kros bukanlah seperti yang kita kira" kata Kama, ia benar - benar berharap bahwa hal itu tidak akan terjadi. Karena tanpa bisa ia pungkiri, Kros adalah satu satunya harapan mereka menemukan jalan pulang dengan aman.

Frey mengangguk setuju mendengar perkataan sahabatnya, "Menurutmu... Kita bisa pulang?" tanya Frey

"Tentu saja, kita pasti bisa pulang" kata Kama, menatap sahabatnya lurus ke matanya.

"Aku senang mendengar kepercayaan dirimu" kata Frey, terkekeh.

Kama mengepalkan tangan kanannya dan membawanya ke udara, mendekat ke arah Frey. Sebagai respon, Frey melakukan hal yang sama hingga kepalan tangan mereka bertemu di tengah. Fists bump adalah sesuatu yang ketiga sahabat itu selalu lakukan untuk menyemangati satu sama lain.

Terlempar Ke Dunia Sihir, Negeri RothrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang