Bab 14 : Belanja

4 2 0
                                    

"Eewhh.. mayat Slig... Membuatku mual saja! Kau yakin mereka tadi disini, Wann?" wanita tersebut memasang mimik jijik sambil memencet hidungnya.

Wann hanya mengangguk menjawab pertanyaan rekan ahli sihirnya, Ater. Jangan pernah meragukan kekuatan Wann. Dan Ater seharusnya juga tahu itu.

"Lihat tubuh Slig yang terbelah ini" kata Tibeth, menunjuk ke tubuh Slig yang sudah terbelah menjadi dua, "Slig ini dibunuh dengan tebasan pedang, tebasannya lurus dan rapih" kata Tibeth.

"Apakah ketiga orang itu bisa menggunakan pedang? Bukankah penyewa kita bilang bahwa mereka lemah dan bahkan tidak bisa berbicara bahasa kita?" tanya Ater

"Kau benar" kata Tibeth

Wann kemudian menepuk pundak Tibeth pelan, "Ada apa Wann?" tanya Tibeth.

Setelah Tibeth melihat ke arahnya, Wann kemudian mengacungkan empat jarinya menggunakan tangan sebelah kanan ke udara.

"Empat?" tanya Ater

"Maksudmu ada empat orang, bukan tiga?" tanya Tibeth dan Wann mengangguk.

"Apakah infonya salah? Atau mungkinkah mereka mendapatkan bantuan? Jika benar, itu akan sangat merepotkan" keluh Ater, berdecak malas.

"Menyenangkan maksudmu? Target kita hanya tiga, untuk yang satunya lagi... Kita bisa bersenang – senang dengannya" kata Tibeth dengan seringainya yang diikuti oleh Ater juga tak lama kemudian.

"Kau benar... Ahh aku jadi tidak sabar" kata Ater, menjilat bibirnya seduktif. Creepy.

"Aku ingin mengirimkan pesan kepada penyewa kita, Wann tolong lakukan" kata Tibeth yang diangguki oleh Wann sebelum wanita itu pergi entah kemana.

"Menurutmu, kemana mereka akan pergi?" tanya Tibeth pada Ater

"Desa terdekat, kemana lagi memangnya" kata Ater sebelum seringai lainnya terbentuk lagi di wajahnya.

"Baiklah, kita akan pergi ke sana" kata Tibeth

"Tentu, segera setelah lukamu sembuh" kata Ater, "Kau harus kembali ke kondisi prima mu jika kita ingin menangkap mereka dan bersenang – senang"

"Kau benar... Dasar ahli sihir sialan..." desis Tibeth, mengutuk ahli sihir legenda itu dipikirannya.

Kros sudah bangun sebelum matahari bahkan menampakkan dirinya. Sebuah kebiasaan wajib yang ia dapatkan selama persiapannya menjadi calon raja. Menoleh ke sebelah, kedua pria itu terlihat masih terlelap dengan pulas. Tentunya, kedua pria itu pasti masih lelah setelah semua yang terjadi. Sayangnya, perjalanan mereka ke depan masih panjang dan penuh hal yang lebih melelahkan.

Tidak suka membuang waktunya, Kros segera membersihkan dirinya. Kemudian, ia merapalkan sihir pembersih ke baju kotor miliknya dan milik ketiga sahabat itu. Tiba - tiba merasa beruntung atas kekalahannya waktu ia bertaruh dengan Elean siapa yang bisa menggunakan pedang lebih handal beberapa waktu lalu yang mengakibatkan ia akhirnya harus belajar beberapa sihir sehari – hari sebagai hukuman dari ahli sihir itu.

Pada awalnya, Kros bahkan tidak peduli dengan sihir semacam ini tapi Elean mengajaknya bertaruh, dan jika wanita itu menang maka sang pangeran harus mau belajar sampai ia lihai. Kini, Kros tidak menyesali kekalahannya waktu itu. Ia bahkan tahu pada hari itu bahwa Elean lebih handal mengayunkan pedang darinya yang sudah berlatih seumur hidupnya.

Setelah semuanya selesai, Kros akhirnya pergi meninggalkan kamar – bermaksud untuk melakukan apa yang telah ia rencanakan tadi malam, yaitu membeli persedian mereka lagi. Namun ternyata tanpa diduga, ia menemukan Ayyara sedang bersandar pada dinding di hadapannya. Gadis itu terlihat seperti sedang menunggu sesuatu, lebih tepatnya seseorang.

Terlempar Ke Dunia Sihir, Negeri RothrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang