"Huftt...Dingin" ujar Ayyara sambil memeluk dirinya sendiri. Belum lagi dinginnya air sungai tadi masih menempel di tubuhnya. Kini ditambah dinginnya malam dan angin semilir. Tahu kan yang namanya angin malam tuh jahat banget?
Kini mereka berdua sedang duduk berdekatan dengan hanya menggunakan sebuah kain tipis sebagai penghangat tubuh.
"Sini, lebih dekat denganku... Kita berbagi suhu tubuh sebagai pengganti selimut" kata Kros, dan tanpa aba - aba pangeran tersebut meraih pundak Ayyara dan menariknya mendekat hingga lutut mereka bersentuhan.
"Ini hanya usaha untuk menghangatkan tubuh kita saja" kata Kros, "Aku tidak akan macam – macam, jangan khawatir" tak bisa dipungkiri, Kros merasakan bagaimana tubuh Ayyara yang menjadi tegang. Menurutnya, gadis itu pasti takut ia berbuat yang semena – mena. Padahal niatnya tulus tanpa tersembunyi apapun. Meskipun nyatanya, bukan itulah alasan utama mengapa Ayyara membeku di tempat.
Gadis justru bukan mengkhawatirkan hal itu. Ayolah, ia sudah dibekali jurus - jurus jitu melawan laki – laki bajingan oleh Frey. Ayyara hanya terkejut dan malu karena jarak mereka yang tiba – tiba terlalu dekat. Entah mengapa, jantungnya berdetak lebih kencang. Takut sang pangeran ikut mendengarnya.
Namun Ayyara menghentikan protes apapun yang hendak keluar dari mulutnya, memang ia merasa lebih hangat dalam posisi ini. Tapi itu bukan berarti ia bisa mencegah semburat merah muda yang muncul di pipinya. Berharap sang pangeran tidak menyadari hal itu.
Ironis bukan, laki - laki pertama yang membuat gadis itu mati kutu adalah seorang pangeran dari dunia lain yang nyatanya tidak akan pernah tergapai. LDR satu dunia saja sudah susah, apalagi beda dunia. Ayyara jadi patah hati saja, padahal belum apa - apa. Sudah ciut duluan nyalinya.
"Terimakasih Kros, kau selalu baik padaku. Suatu saat aku pasti akan membalas kebai—
/Krak/
—AAAHHHH! APA ITU?!"
Perkataan Ayyara terpotong ketika tiba tiba terdengar sebuah bunyi keras dari arah samping kanan.
Secara reflek, Ayyara langsung memeluk, lebih tepatnya mencengkram, lengan Kros yang paling dekat dengannya. Sementara Kros sendiri langsung mengambil tongkat cahaya yang tergeletak di tanah dan mengarahkannya ke arah suara tadi terdengar. Langsung masuk pada mode siaga, tangannya yang dicengkram Ayyara bersusah payah memegang ujung pedangnya.
Namun tak ada apa – apa, hanya kegelapan dan keheningan yang kembali datang. Hanya pohon dan rumput yang masih diam seperti semula, bahkan tak ada lagi angin malam yang berhembus.
"Sepertinya ranting patah" kata Kros setelah beberapa waktu, tapi ia tetap menarik pedangnya keluar dari sarungnya. Sebuah tindakan pencegahan jika saja lawan muncul tiba – tiba. Kros tak bisa menggunakan sihirnya untuk mendeteksi jikalau ada seseorang di sekitar mereka. Jadi yang bisa ia lakukan adalah menajamkan seluruh indranya.
Beberapa detik berlalu dan tetap tidak terjadi apa - apa, "Hanya ranting" putus Kros, menghela napasnya.
"Yakin?" tanya Ayyara
"Apakah sebaiknya kuperiksa saja?" tanya Kros
"Eh jangan!" seru Ayyara, mengeratkan cengkramannya pada lengan pria itu, "Jangan pergi!"
"Mau periksa bersama - sama?" tanya Kros
Ayyara terlihat berpikir sejenak sebelum menggelengkan kepalanya kuat dan menahan Kros lebih erat.
"Baiklah, aku tidak akan kemana – mana... Tenang saja" kata Kros. Entah mengapa ia mengatakan itu ketika instingnya sedang berteriak padanya untuk pergi memeriksa bunyi barusan. Melihat ekspresi panik Ayyara membuat pria itu akhirnya mengabaikan instingnya, lagi, tidak seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlempar Ke Dunia Sihir, Negeri Rothras
FantasyTiga sahabat masa kecil, Kros, Ayyara, dan Frey, tiba - tiba terjebak di dunia lain yang penuh dengan sihir, Negeri Rothras setelah ketiganya secara tidak sengaja menemukan sebuah portal di rumah tua ketika sedang berlindung dari kejaran anjing meng...