Ayyara menarik tubuhnya ke pinggir sungai dengan susah payah. Entah kenapa tubuhnya yang basah kuyup terasa sangat berat meskipun pakaian yang ia kenakan tidak terlalu tebal. Mungkin, hal itu ada hubungan dengan niatnya. Mungkin gadis itu sudah hampir menyerah dan ingin membiarkan tubuhnya terhanyut sungai. Menyerah, saat ini pilihan tersebut terdengar menarik di benaknya. Satu satunya hal yang menggagalkan itu adalah tangan Kros yang menariknya ke atas permukaan air.
Berhasil keluar setelah beberapa menit berlalu terombang ambing arus sungai, ia langsung melempar tas basah yang ia genggam dengan erat sembarangan sebelum membaringkan tubuhnya di atas batu - batu krikil basah. Tidak nyaman memang, tapi Ayyara tidak kuat untuk menarik tubuhnya lebih jauh lagi. Ia sangat butuh istirahat. Gadis itu bahkan tidak peduli dengan sinar matahari terik yang menghantam wajahnya secara langsung, sangat menyilaukan bahkan ketika ia sudah menutup matanya.
Kros yang ikut terjun bersamannya tak lama segera menyusulnya keluar dari sungai dan berbaring di sebelahnya. Sebuah keberuntungan mereka berhenti di bagian sungai yang sama, terbawa hanyut sungai beberapa meter sampai ke bagian sungai yang tidak berarus kuat. Apalagi setelah pegangan Kros pada gadis itu terlepas beberapa kali.
"I can't believe I just survived that" gumam Ayyara. Gadis itu pernah loncat ke sungai dari atas batu yang tinggi bersama Kros dan Elean tapi tidak pernah loncat dari jurang. Cari mati namanya.
"Kama... Frey..." bisik Ayyara, ia harus mencari kedua sahabatnya itu tapi tubuhnya tak memungkinkan untuk bergerak.
Jantungnya masih senantiasa berdetak sangat kencang. Jadi ini rasanya loncat dari ujung tebing setinggi itu. Sebuah pengalaman yang tidak ingin ia rasakan lagi. Sudah cukup adrenalin baginya hari itu.
"Sudah aku bilang untuk pegangan dengan erat" kata Kros setelah beberapa saat.
Nafas mereka yang menderu akhirnya kembali seperti semula, tubuh mereka kembali terasa normal lagi meski otak mereka masih mencerna apa yang baru saja terjadi.
"Salahkan ketiga pemburu itu, jangan aku" kata Ayyara, cemberut.
"Aku juga maunya kan nggak jatuh!" protes Ayyara. Bahkan berbicara saja rasanya mengambil banyak tenaga.
Sebuah keajaiban bahwa kedua orang itu masih baik – baik saja tanpa luka apapun. Ayyara jadi ingin tahu seberapa banyak lagi keberuntungan yang ia miliki. Apakah akan habis suatu saat? Apakah karena ia bersama Kros makanya dirinya jadi beruntung? Mungkin saja dan mungkin tidak. Terlalu memusingkan untuk dipikirkan sekarang.
"Loncat dari jurang mungkin hal yang biasa di sini, tapi di duniaku itu namanya cari mati" kata Ayyara
"Loncat dari jurang tanpa sihir atau pengaman juga 'cari mati' di sini" balas Kros
"Betul juga! Sihir! Kenapa tidak kau gunakan tadi saat kita berdua jatuh?" tanya Ayyara, matanya sedikit mendelik ke arah sang pangeran.
Memegang tengkuknya yang tak gatal, "Aku.. sejujurnya aku terlalu panik..." kata Kros, ia bahkan tidak bisa melihat gadis itu karena rasa malu "Melihatmu jatuh kemudian aku juga ikut jatuh" akui Kros, "Maafkan aku, aku seharusnya bisa bertindak secara tenang dan rasional tadi"
"Elean dan diriku biasanya hanya melatih sihir anginku, aku tidak terlalu mahir dengan air" kata Kros
Ayyara menghela napasnya sebelum mengembungkan pipinya, "Sudahlah, aku tidak menyalahkanmu... Ini hanya nasib yang sangat sangat buruk" kata Ayyara, menutup matanya lagi.
"Tapi..." ujar Ayyara, tangannya meraih kerikil kecil dan melemparkannya pelan ke pria di sebelahnya, "Jangan salahkan aku karena tak memegang erat kalau begitu..."
"Ah.. Kau benar juga, maafkan aku" kata Kros, terkekeh kecil.
Ayyara membuka matanya dan menatap pria itu lagi, "Jangan salahkan dirimu juga, mengerti?" pinta Ayyara
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlempar Ke Dunia Sihir, Negeri Rothras
FantasyTiga sahabat masa kecil, Kros, Ayyara, dan Frey, tiba - tiba terjebak di dunia lain yang penuh dengan sihir, Negeri Rothras setelah ketiganya secara tidak sengaja menemukan sebuah portal di rumah tua ketika sedang berlindung dari kejaran anjing meng...