Ketiganya seketika terpesona dengan parasnya yang elok sampai - sampai mereka tidak menyadari bahwa mereka sedang menatapi wanita tersebut tanpa berkedip. Sementara itu, wanita yang ditatapi hanya tersenyum kecil kepada mereka sebelum mengalihkan pandangannya ke pria misterius tadi. Gestur sederhana itu membuat ketiganya tanpa dipungkiri menjadi tersipu. Sadar mereka telah menatapinya terlalu lama, mereka langsung mengalihkan pandangannya.
"Cantik banget, lebih cantik dari foto artis cewe di ponsel kamu Re" kata Ayyara, "Aku jadi minder"
"Aku baru pertama kali liat cewe rambutnya hijau" kata Kama
"Dia punya nomor telepon ngga ya?" tanya Frey, “Eh lupa… kayaknya ngga ada ponsel di sini”
Untuk sekian detik, mereka lupa bahwa mereka sedang dalam situasi disandra oleh seorang pria berbahaya.
Wanita itu memiliki tinggi yang sama dengan Ayyara tetapi wajahnya yang kecil membuatnya terlihat lebih muda dari ketiganya. Rambutnya berkilau dengan warna hijau zamrud. Caranya berdiri dalam balutan gaun biru selututnya terlihat begitu anggun. Wanita itu meninggalkan kesan pertama yang berarti bagi ketiganya, berbeda dengan pria misterius tampan tapi garang tadi.
Kedua orang asing itu kemudian saling berbicara satu sama lain sedangkan yang bisa mereka lakukan hanyalah menatap dan mendengar tanpa mengerti sedikitpun. Namun, mereka yakin bahwa inti dari pembicaraan keduanya adalah tentang mereka bertiga. Terlihat jelas dari cara pria itu menunjuk ke arah mereka beberapa kali. Sementara itu, perubahan ekspresi pada wajah perempuan itu terlihat dengan jelas, senyumnya berubah menjadi raut kebingungan dan sampai ke ekspresi tidak percaya.
"Kita kenapa ngga lari aja sekarang?" tanya Frey, "Pria itu kayaknya lagi fokus bicara sama wanita itu"
"Lari kemana? Sudah jelas kalau pria itu jauh lebih paham mengenai hutan ini dibandingkan kita. Gimana kalau ada jebakan di hutan ini yang kita ngga tahu? Lebih parahnya, gimana kalau kita nanti sial dan malah bertemu dengan salah satu raksasa seperti sebelumnya?" tanya Kama, ia sebenarnya sudah memikirkan hal itu tepat saat pria itu menyuruh mereka untuk duduk.
Dan ia selalu kembali ke kesimpulan bahwa bersama dengan pria itu untuk sekarang adalah tempat yang paling aman bagi mereka bertiga. Setidaknya untuk sekarang. Hal yang logis adalah selama mereka mengikuti kemauan pria ini, mereka akan aman. Kecuali, pria ini merupakan seorang pembunuh kejam tanpa dasar. Namun dari interaksi kecil mereka sebelumnya, ia meragukan hal itu.
"Kama bener, gimana kalau ternyata ada monster lain selain raksasa tadi yang lebih seram?" tanya Ayyara, bulunya bergidik membayangkan hal tersebut.
Frey kemudian diam lagi, berkutat dengan pikirannya.
"Ahhh pusing kepala aku mikirinnya" erang Frey, cemberut "Aku ngga terbiasa mikir"
Melihat itu, Kama dan Ayyara hanya terkekeh. "Mending bahas yang lain aja, daripada mikirin nasib ngga tentu" kata Ayyara
"Misalnya apa?" tanya Frey
Ayyara benar, jika mereka ingin keluar dengan selamat, mereka harus memikirkan hal ini dengan baik. Untuk sekarang sebaiknya mereka perhatikan terlebih dahulu niat dari pria dan wanita misterius itu.
"Menurut kamu, gaun wanita itu warna biru atau hijau?" tanya Ayyara
"Jelaslah itu hijau" kata Frey
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlempar Ke Dunia Sihir, Negeri Rothras
FantasyTiga sahabat masa kecil, Kros, Ayyara, dan Frey, tiba - tiba terjebak di dunia lain yang penuh dengan sihir, Negeri Rothras setelah ketiganya secara tidak sengaja menemukan sebuah portal di rumah tua ketika sedang berlindung dari kejaran anjing meng...