Bab 25 : Bagaimana Mereka Bertemu

2 2 0
                                    

Orang yang jatuh ke lubang yang sama hanyalah orang bodoh.

"Kau yang memasang ini?! Cepat turunkan aku! Tidakkah kau tahu siapa aku?!" tanya pria itu, berteriak keras. Tapi Elean tahu rasa takut ketika ia melihatnya. Dan saat ini, perasaan kalut memenuhi wajah pria asing di hadapannya meskipun ia mencoba untuk menutupi perasaan itu dengan sikap sok tangguhnya.

"Siapa?" tanya Elean santai

"Turunkan aku dulu" titah pria itu, ia tak percaya dengan wanita yang ada di hadapannya. Bagaimana bisa hanya diam dan melihat penderitaan orang lain?

"Kan kau yang bertanya duluan, ya sudah kalau tidak mau kasih tahu. Aku juga tidak ingin mengetahui nama penyusup yang masuk wilayah kediamanku. Ya sudah kalau begitu aku pergi dulu, aku masih banyak urusan" kata Elean hendak melangkan jauh, "Silahkan pikirkan sendiri cara turun dari sana"

"Wilayahmu? Ini hutan di wilayah Kerajaan Ronanith" kata pria itu tapi Elean mulai membelakanginya.

"Tunggu, turunkan aku dulu" kata pria itu, suaranya memelan. Tidak ada lagi sentakkan di nadanya.

"Pikirkan caranya sendiri" kata Elean, menggidikkan bahunya. Ia heran apakah pria di hadapannya ini memang sebodoh itu atau apa.

"Hey tunggu" kata pria itu, "Kumohon?"

Menghela napasnya, Elean kemudian berbalik dan mendekati pria itu lagi, "Kau ini bodoh atau apa... Gunakan pedangmu, apa jangan – jangan itu hanya pajangan saja?" kata Elean, mendecak. Seberapa tak berpengalamannya pria itu sampai hal sederhana seperti ini saja tak terpikirkan? Sudah amatir, malah dengan bodohnya masuk ke wilayah hutan yang jelas berbahaya.

"Ah... Benar juga" bisik pria itu, semburat merah menghiasi wajahnya. Maklum, ini pertama kalinya ia keluar dari rumahnya. Kejadian tadi rupanya membuatnya terlalu panik untuk berpikir. Master bertarungnya tidak pernah mengajarinya situasi seperti ini. Situasi sederhana yang seharusnya bisa ia pecahkan sendiri tanpa harus diajari atau meminta bantuan orang lain.

Namun tetap saja, itu tak mengurangi rasa malunya.

Kini pria tersebut menyadari betapa bodohnya ia, betapa memalukan kejadian barusan baginya. Hilang sudah martabatnya sebagai pewaris tahta selanjutnya.

Dengan lihai, ia kemudian segera menarik pedangnya dari bungkusnya sebelum mengangkat tubuhnya sebisa mungkin. Setelah itu, ia mengayunkan pedangnya ke arah tali yang menahan kakinya, memotong tali itu dengan satu tebasan.

Hal itu mengakibatkan dirinya terlepas dari jebakan dan terjatuh terbanting ke tanah. Tentu sakit tapi ia harus menjaga wibawanya, meski sudah sangat telat sebenarnya.

Tanpa buang – buang waktu lagi, pria itu segera berdiri lagi. Kini ia mendapatkan penglihatan yang bagus pada wanita yang berdiri di depannya, tidak lagi terbalik. Ia langsung mengacungkan pedangnya ke arah Elean.

"Perkenallan dirimu" titah pria itu. Suaranya terdengar lebih berat dari sebelumnya.

Sementara itu, Elean terlihat santai saja dengan senjata yang teracung ke arahnya itu. Ia bahkan menaikkan alisnya, terpukau dengan seberapa klisenya adegan ini.

"Bukankah seharusnya kau duluan, tuan? Kau yang masuk ke daerah ini, bukan aku" kata sang ahli sihir.

"Kau serius tidak tahu? Kau tidak pernah ke kota?" tanya pria itu. Jujur ini tidak pernah terjadi sebelumnya.

Bahkan untuknya yang belum pernah meninggalkan istana, ia tahu sang raja sering memerintahkan pengawal untuk memasang lukisan dirinya di seluruh penjuru kota. Dengan tujuan agar warga tahu dan hafal akan wajah penerus tahta raja.

Elean menggidikkan bahunya, "Haruskah?" tanya Elean

"Hey, apa jangan - jangan kau buronan yang kabur ke hutan?" tanya Elean lagi

Terlempar Ke Dunia Sihir, Negeri RothrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang