Bab 3 : Tersesat

15 2 0
                                    

"Kita dimana?" tanya Ayyara, matanya melirik kesana kemari dengan panik. Berusaha mencari petunjuk akan keberadaan mereka.

Mereka bertiga benar - benar tercengang atas apa yang baru saja terjadi. Membuat mereka mempertanyakan apakah mereka sudah hilang akal.

Kini berdiri di tengah jalan, ketiganya terlihat seperti orang asing yang tersesat. Belum lagi, tatapan - tatapan yang dilemparkan semua orang yang berjalan melewati mereka. Seakan - akan mereka bertigalah fenomena aneh yang terjadi, bukan sebaliknya. Atau mungkin, hal itu ada kaitannya dengan apa yang mereka kenakan.

Seorang gadis dalam balutan gaun kasual selututnya, celana jin, dan tas selempang di pundaknya, seorang pria dengan kaos pendek dan kemeja serta celana panjang, dan pria lainnya yang mengenakan sweater dan juga celana panjang tentunya akan menarik perhatian penduduk sekitar yang menggunakan tipe pakaian 180 derajat berbeda dengan ketiganya. Janggal di antara orang - orang tersebut. Tanpa diragukan lagi, mereka terlihat sangat mencolok di mata.

"Kalian beneran lihat apa yang aku lagi lihat, kan?" tanya Frey, menampar pipinya sendiri untuk membangunkan dirinya seandainya ini mimpi.

"Iya, tapi ini sama sekali ngga masuk akal" kata Kama, "Apa yang terjadi?"

"Di sekitar tempat kita tadi, ngga ada daerah kayak gini, aku yakin" kata Ayyara

"Ini beneran bukan kita yang tiba - tiba gila barengan, kan?" tanya Ayyara

"Ah masa sih..." ucap Frey

Tiba - tiba sebuah tempelengan mendarat di kepala kedua orang tersebut. Pelakunya adalah tidak lain dan tidak bukan Kama.

"Hush, ngomong tuh yang bener" kata Kama

"Lah terus how do you explain all this?" tanya Frey

Jalanan kecil yang mereka pijaki sekarang tidak terlihat seperti jalan manapun yang mereka lalui pada perjalanan pulang. Jalan yang berada di depan rumah tua itu terlihat jauh berbeda dengan jalan itu. Di bawah mereka masihlah tanah berdebu dan berpasir, bukan lapisan aspal. Selain itu, bangunan di sekeliling tampaknya terbuat dari batu, sesuatu yang jarang mereka lihat.

Di sekitar mereka, banyak stan dagangan tersebar, dari makanan sampai barang. Ini terlihat persis layaknya sebuah jalan sibuk di pasar.

"Heh! Kamu malah mikirin itu? Kita itu seharusnya masih ada di dalam rumah kosong tadi! Kenapa kita tiba - tiba disini?! Masa iya kita gila barengan?!" tanya Frey, sejujurnya ia mulai takut.

"Masa iya teleportasi?" tanya Frey lagi

"Ngaco! Teleportasi itu cuma ada di film" kata Kama

"Terus ini, Ma?" tanya Ayyara, “Halusinasi? Mimpi?”

"Ayo kita kembali aja ke ruang kosong tadi" kata Kama yang segera diangguki kedua temannya, "Pikirin lagi nanti"

Namun ketika mereka berbalik, pintu itu sudah tertutup lagi. Sebuah dejavu yang tidak menyenangkan.

Ketika pintu itu didorong terbuka oleh Kama, mereka malah disuguhkan dengan sebuah gudang yang dipenuhi dengan banyak karung. Pemandangan yang sangat berbeda dari ruangan kosong tadi. Tidak ada lagi kaca pecah, lantai berlubang, atap rusak. Yang mirip hanyalah tingkat penerangan di dalam kedua ruangan tersebut.

Terlempar Ke Dunia Sihir, Negeri RothrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang