Hai, Gaffi hadir kembali 🤗
Jangan lupa komen dan vote yang banyak 🤗
Selamat membaca dan moga memberi manfaat 🤍
🍁🍁🍁
"Meninggikan ego karena tidak mau kalah, tidak akan membuat kalian menjadi pemenang."
-Yusuf, Meminangmu-
🍁🍁🍁
Alih-alih langsung pulang ke rumah selepas mengajar, motor Gaffi malah berbelok ke salah satu pusat perbelanjaan. Biasanya dia ke sini hanya untuk ke Gramedia mencari buku. Atau kadang ke salah satu toko baju di lantai dasar. Namun, kali ini tujuannya berbeda jauh.
Dan di sinilah dia sekarang. Berdiri di salah satu toko perhiasan di lantai tiga. Matanya mengedar pada etalase-etalase kaca besar yang di dalamnya berderet berbagai jenis perhiasan yang berkilau. Tiba-tiba dia merasa sangat gugup.
Seorang pramuniaga berpenampilan necis berderap ke arah Gaffi, lalu bertanya dengan sangat ramah dan sopan, "Ada yang bisa saya bantu, Pak? Bapak mau cari perhiasan seperti apa?"
"Saya ingin mencari cincin." Gaffi menjawab dengan gugup, tetapi suaranya tetap tegas.
Pramuniaga itu mengangguk paham. "Tepat sekali, kami memiliki cincin model terbaru dan berbagai koleksi best seller lainnya," katanya. Kemudian dia mengajak Gaffi ke salah satu etalase kaca berisi deretan cincin berbagai model.
"Kalau boleh tahu, cincinnya untuk siapa dan dalam rangka apa? Siapa tahu kami bisa membantu," ujar Pramuniaga itu.
Gaffi tak langsung menjawab. Matanya melirik cincin-cincin dalam etalase itu. Melihat banyaknya pilihan cincin membuatnya kebingungan. Semuanya tampak cantik, tetapi dia yakin uangnya hanya cukup membeli satu dan ... mungkin yang paling sederhana.
"Saya ingin melamar," kata Gaffi saat menoleh pada Pramuniaga itu. Melihat tampang cengo Pramuniaga itu, buru-buru Gaffi menjelaskan, "Eum ... maksud saya, cincinnya untuk calon istri saya. Buat lamaran."
Terkekeh singkat, kepala Pramuniaga itu mengangguk-angguk. Segera dia menyuruh salah seorang rekannya yang berada di belakang etalase untuk mengeluarkan beberapa kotak cincin yang dirasa cocok untuk lamaran.
"Dari desainnya, cincinnya ini menonjolkan sisi mewah dan berkelas," ujar Pramuniaga itu menunjukkan cincin dengan berlian cukup besar di atasnya. Sangat menyilaukan mata.
Gaffi memperhatikan cincin itu, tetapi dia tidak tertarik dengan modelnya yang terlihat begitu ribet di matanya.
"Nah, kalau yang ini, meski sederhana, tetapi akan tampak anggun di jari tunangan Bapak. Sangat cantik." Pramuniaga itu kembali memberi penjelasan pada cincin dengan berlian kecil-kecil pada lingkaran cincin. Jauh lebih sederhana dari yang pertama.
"Saya mau yang ini," ucap Gaffi, menjatuhkan pilihannya pada cincin emas itu. Dia yakin akan terlihat sangat indah di jari Faezya.
"Untuk ukuran lingkar cincinnya berapa, Pak?" tanya Pramuniaga itu.
Gaffi membisu. Jelas dia tidak tahu ukuran jari Faezya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meminangmu
ChickLitJika berkenan, harap follow jika menyukai cerita ini 🤗 ⚠️ Untuk dibaca, bukan untuk diplagiat! Jadilah hebat tanpa harus menjadi bayangan orang lain. ⚠️ Konten 18+ (Tapi bukan cerita ehem-ehem). Harap bijak memilih bacaan. **** Kejadian di suatu ma...