16|| Meminangmu (1)

32 5 0
                                    

Hai, Gaffi hadir kembali 🤗

Jangan lupa vote dan komen yaa 😁

Selamat membaca dan semoga bermanfaat 🤭

🍁🍁🍁

"Saya ingin menjadi lebih baik bersamanya, menjadi pribadi yang merindu dan dirindukan surga. Yang bergandengan tangan tidak hanya di dunia, tetapi juga di surga. Insya Allah.”

-Gaffi, Meminangmu-"

🍁🍁🍁

Farhan tidak bisa berhenti berdecak kagum ketika mobil SUV ayahnya memasuki area halaman rumah mewah yang berdiri begitu kokoh. Dia jadi penasaran dengan penampakan dalam rumah itu melihat halamannya saja sangat luas. Tamannya juga tertata rapi dan indah.

Bukan hal mudah bagi mereka bisa sampai di sini. KTP mereka harus ditahan satpam perumahan demi keamanan katanya, mereka juga sempat diberondong beberapa pertanyaan. Kemudian, setelah menemukan alamat yang dituju, mereka tidak dipersilakan masuk begitu saja. Seorang pria paruh baya—yang kemudian mereka ketahui bernama Pak Rudi—juga menginterogasi alasan mereka ingin bertemu majikannya. Setelah meyakinkan jika mereka bukan orang jahat dan memiliki niat baik, barulah Pak Rudi menghubungi Wirawan dan membukakan gerbang setelah mendapat izin dari sang tuan rumah.

“Ini bukan rumah lagi, tapi istana, Bang. Gede banget,” ucap Farhan, kepalanya keluar dari jendela mobil. Pandangannya berkeliaran ke sekeliling. “Bisa-bisanya lo ketemu cewek tinggal di istana gini.”

Masya Allah, Ibu baru lihat rumah besar kayak gini,” ucap Aminah yang duduk di depan, di samping suaminya yang menyetir.

“Tapi bakal berat banget ini hisabnya di akhirat,” timpal Farhan. “Bakal lama masuk surganya.”

“Selama amanah dengan harta yang dimiliki, ya tidak masalah. Tidak ada yang perlu ditakutkan,” ucap Yusuf.

Sementara Gaffi sejak gerbang terbuka dan matanya melihat kemegahan rumah ini mulutnya terkatup rapat. Sebelumnya dia sudah tahu jika Faezya berasal dari kalangan atas dari KTP perempuan itu, tetapi Gaffi tidak menyangka jika rumah perempuan itu sebesar ini.   Tiba-tiba dia merasa rendah diri. Tangannya mendingin. Rasa ragu dalam hati menjalar dengan cepat. Pantaskah dia? Dia hanya seorang guru dari keluarga sederhana yang ingin meminang seorang putri yang tinggal di sebuah istana. Bukankah dia terkesan tak sadar diri?

Seakan sadar jika secara tidak langsung telah merendahkan diri sendiri, cepat Gaffi beristigfar. Terlintas di ingatannya ayat 139 dari Surah Al-Imran.

 Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman.

Benar, tidak seharusnya dia merasa lemah hanya karena tidak memiliki harta berlebih. Apalagi sampai bersedih dan merasa rendah diri. Selama iman masih berdiri kokoh di hati maka tidak alasan untuknya merasa lemah dan rendah diri.

“Mari masuk, Pak, Bu, Den,” ujar Pak Rudi ketika keluarga Gaffi keluar dari mobil.

Lagi-lagi Farhan dibuat terperangah melihat jejeran mobil mewah yang ada di sana. Begitu mengkilap, keren, dan luar biasa.

“Keren banget ya, Bang.” Farhan berbisik di telinga Gaffi agar Pak Rudi tidak mendengar. Gaffi mengodenya untuk diam dan bersikap sopan.

MeminangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang