Hai, Gaffi hadir kembali 🤗
Vote dan komen yang banyak jika menyukai cerita ini 🤗
Sampaikan kritik dan saran lewat DM, ya ...
Selamat membaca dan moga memberi manfaat 🤍
🍁🍁🍁
“... Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (Q.S. Al-Hujurat : 13)
-Meminangmu-
🍁🍁🍁
“Coba kamu telepon dulu, Yang,” ujar Juan. Dia menurunkan kaca mobil, memperhatikan satu persatu anak sekolahan keluar gerbang di jam pulang sekolah.
Faezya memandang ponselnya, lalu beralih pada Juan. “Enggak diangkat,” ucapnya, pandangannya tertuju pada gerbang sekolah. “Biar aku cari ke dalam. Pasti tuh anak masih asyik main sama temannya.”
Faezya keluar dari mobil setelah menolak tawaran Juan yang hendak menemaninya mencari Larissa. Beberapa murid sekolah menengah pertama itu memandang penasaran ke arahnya, tetapi dia tidak ambil pusing. Dia kemudian bertanya ke salah satu murid yang ternyata mengenal Larissa. Katanya, keponakannya itu anak kelas VIII B2 dan terletak di lantai dua.
Faezya berjalan perlahan di koridor lantai dua. Matanya tak lepas dari papan nama tiap kelas. Berharap kelas Larissa segera dia temukan.
“Faezya.”
Faezya berhenti, lalu menoleh ke depan. Sejenak dia mengernyit sebelum melebarkan matanya. Terkejut melihat sosok laki-laki di hadapannya kini.
“Kaffir?”
Gaffi sempat melongo. Lalu mengulum bibir ketika Faezya salah menyebut namanya. Dia sempat berpikir jika sedang berkhayal melihat perempuan itu dari ujung koridor.
“Lo ngapain di sini?”
“Saya mengajar di sini,”
Faezya memperhatikan penampilan Gaffi dari atas hingga bawah. Rambutnya berpotongan cepak. Seragam batik yang sebelumnya dia lihat digunakan juga guru lain. Gaffi tampil rapi dan terlihat berwibawa. Jadi benar laki-laki itu guru di sini?
“Kamu lagi cari seseorang?” tanya Gaffi, setengah menebak dari gelagat Faezya tadi.
Faezya mengangguk. “Gue lagi cari—”
“Tante Fae!”
Faezya dan Gaffi kompak menoleh ke sumber suara. Dari ujung koridor, Larissa berjalan sembari melambaikan tangan heboh. Faezya meringis melihat kehebohan keponakannya itu. Hingga dia kembali menoleh pada Gaffi.
“Gue duluan,” pamitnya bermaksud menghampiri Larissa. Namun, laki-laki malah bergeser, menghalangi jalannya. Faezya mengerutkan kening, menatap heran pada laki-laki itu.
“Saya ... boleh minta alamat kamu?” pinta Gaffi, ragu.
Untuk sesaat Faezya melongo di tempat. “Alamat gue?”
“Kalau kamu tidak keberatan memberikannya.”
Faezya mengerjap, sekilas dia melihat Larissa yang semakin mendekat. Kemudian, cepat-cepat dia mengeluarkan dompet menarik selembar kertas berukuran 9x5 cm dan memberikannya pada Gaffi.
“Tante.”
Faezya terkesiap. Larissa telah berdiri di sampingnya. Beruntung dia telah memasukkan kembali dompetnya sehingga gadis itu tidak akan bertanya macam-macam perihal kertas yang dia berikan pada Gaffi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Meminangmu
Chick-LitJika berkenan, harap follow jika menyukai cerita ini 🤗 ⚠️ Untuk dibaca, bukan untuk diplagiat! Jadilah hebat tanpa harus menjadi bayangan orang lain. ⚠️ Konten 18+ (Tapi bukan cerita ehem-ehem). Harap bijak memilih bacaan. **** Kejadian di suatu ma...