8 || Misi Faezya dan Larissa

91 17 2
                                    

 Hai, Gaffi hadir kembali 🤗

Vote dan komen yang banyak jika kalian suka dengan cerita ini 🤭

Selamat membaca dan moga bermanfaat 🤗

🍁🍁🍁

“Adil itu ketika kamu diberi sesuai porsi yang kamu butuhkan, bukan yang kamu inginkan.”

-Wirawan, Meminangmu—

🍁🍁🍁

“Tante, buka!”

Larissa menggedor pintu seraya berteriak agar tantenya—Faezya—membuka pintu kamar. Hampir sepuluh menit dia melakukannya, tetapi pintu tak kunjung terbuka. Tangannya sudah mulai sakit, tenggorokannya juga terasa kering.

Mengibaskan tangannya sebentar, Larissa sudah siap kembali menggedor ketika pintu tiba-tiba terbuka. Faezya berdiri seraya berkacak pinggang.

“Mau apa lo, hah?” lontarnya ketika Larissa hendak menerobos masuk. Cepat-cepat dia menghalangi gadis itu.

Larissa mendelik. “Masuk, lah. Ica mau tidur di dalam.”

“Enggak ada! Ke kamar bawah sana!”

“Ica enggak mau tidur sendirian.”

“Apa peduli gue?”

Larissa mencebik, lalu memelas. “Please ... Ica tidur sama Tante, ya? Ica enggak berani tidur sendirian.”

Faezya memandang ekspresi keponakannya yang semakin memelas. Sesaat kemudian, dia tersenyum misterius.

“Lo mau tidur di kamar gue?”

Larissa mengangguk semangat.

“Oke.” Larissa tersenyum cerah, tetapi ketika akan masuk Faezya kembali menghalanginya. “Ada syaratnya.”

Larissa mengerutkan kening. “Apa, Tante?”

Faezya mendekat, lalu membisikkan sesuatu yang membuat mata Larissa melebar.

“Gimana?” tanya Faezya, sedikit menjauh untuk melihat wajah Larissa.

Larissa tampak berpikir, lalu menjawab, “Tapi bagi satu tas tante yang pink, ya?”

Faezya sontak menoyor kening gadis itu. “Bocil, lo mau poroti gue?

“Ini namanya bisnis, Tante. Lagian kita ini masih satu darah. Harusnya satu harta juga. Jadi, harta tante, harta Ica juga.”

Faezya mendelik. Gadis ini selalu bisa memanfaatkan keadaan.

“Jadi, gimana, Tante?” tanya Larissa, menaik-turunkan alisnya.

Faezya mendengkus. Lalu, membuka lebar-lebar pintu kamarnya. Membiarkan keponakannya masuk dengan senyum mengembang sempurna.

“Bocil kampret!” umpatnya, lalu menutup pintu.

🍁🍁🍁

“Ica suka susu coklat, kan?”

Larissa mengangguk, segera menerima susu coklat yang Yuni berikan dan langsung meminumnya. Tak peduli jika kakinya sedari tadi kakinya ditendang kecil oleh sang Tante yang duduk di sebelahnya. Larissa sangat tahu arti tendangan itu.

“Ngomong cepat!” desis Faezya, kembali menendang kaki Larissa.

“Sabar, Ica makan buah dulu,” balas Larissa pelan, lalu mengambil sebuah apel.

MeminangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang