Hai, Gaffi hadir kembali 🤗
Berikan vote dan komen yang banyak jika menyukai cerita ini 🤭
Selamat membaca dan moga bermanfaat 🤗
🍁🍁🍁
"Jelek, cantik, atau ganteng itu hanya berdasar penilaian subjektif mata manusia. Bukankah Allah telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya ciptaan?”
-Gaffi, Meminangmu-"
🍁🍁🍁
Di hari libur, selepas mengikuti pengajian subuh di masjid, Gaffi bergegas pulang ke rumah orang tuanya. Sebenarnya, dia pulang minggu depan, tetapi dia memiliki hal penting yang harus segera disampaikan kepada orang tuanya. Selain itu, Gaffi juga telah merindukan orang tua dan adiknya.
Tidak seperti ketika hari kerja, di hari libur jalanan tidak begitu diserang kendaraan bermotor diiringi suara klakson yang saling bersahutan. Perjalanan menjadi lebih lancar, udara juga terasa lebih segar dari biasanya. Terasa lebih menyenangkan dan damai.
Satu jam kemudian, motor Gaffi berhenti di pekarangan luas sebuah rumah sederhana. Ada dua pohon mangga di sekitarnya dan berbagai macam tanaman bunga warna-warni. Sewaktu kecil, dia dan adiknya sering kali memanjat pohon mangga itu ketika telah berbuah. Ah, dia semakin merindukan keluarganya.
“Bang Gaffi?”
Gaffi berbalik dan menemukan Farhan—adiknya—berdiri tak jauh darinya. Remaja laki-laki enam belas tahun itu mengenakan baju koko putih, celana kain di bawah lutut, dan sarung hitam yang disampirkan di bahu kanannya.
“Baru pulang masjid kamu?” Gaffi bertanya setelah mengucap salam dan dibalas langsung Farhan.
Farhan mengangguk. “Ada pengajian, terus lanjut kerja bakti. Ada genteng masjid yang bocor,” jelasnya.
Sejak kecil Gaffi dan Farhan selalu diajak ayah mereka ke masjid agar bisa akrab dengan lingkungan masjid. Semasa remaja, Gaffi menjadi ketua remaja masjid yang sekarang diteruskan oleh Farhan. Bagi orang tua mereka, masjid adalah sebaik-baiknya lingkungan pergaulan.
Gaffi dan Farhan bersisian hendak masuk ke dalam rumah. Ketika di ambang pintu keduanya kompak mengucap salam. Dari dalam terdengar suara Aminah—ibu mereka—yang menyahut dan disusul derap langkah kaki mendekat.
Ketika sosok Aminah muncul, Gaffi tersenyum haru. Wanita yang melahirkan dan membesarkannya dengan penuh kasih terlihat begitu cantik di matanya.
“Ya Allah ... Anak Ibu,” seru Aminah. Matanya mulai berembun. Langkahnya semakin cepat.
Sebuah pelukan hangat Gaffi berikan yang disambut lebih hangat oleh Aminah. “Gaffi kangen Ibu,” ucapnya. “Ibu apa kabar?”
Aminah melepaskan diri, lalu mengusap sudut matanya yang mulai berair. “Ibu juga kangen sama Abang. Alhamdulillah, Ibu dan yang lainnya selalu baik. Kamu baik juga, kan?”
“Menjadi lebih baik ketika telah memeluk Ibu,” balas Gaffi. Aminah semakin terharu. Meski laki-laki, Gaffi tak segan menunjukkan dan mengungkapkan rasa sayangnya.
“Sama Ayah tidak kangen kamu?”
Gaffi menoleh, Aminah tersenyum geli. Yusuf—ayah Gaffi—juga baru tiba. Gaffi tersenyum kecil, lalu memeluk ayahnya singkat.
“Ayah dari mana?” Gaffi bertanya.
“Paling abis urus bebek-bebek,” timpal Aminah. Gaffi terkekeh.
![](https://img.wattpad.com/cover/299871704-288-k667467.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Meminangmu
Literatura FemininaJika berkenan, harap follow jika menyukai cerita ini 🤗 ⚠️ Untuk dibaca, bukan untuk diplagiat! Jadilah hebat tanpa harus menjadi bayangan orang lain. ⚠️ Konten 18+ (Tapi bukan cerita ehem-ehem). Harap bijak memilih bacaan. **** Kejadian di suatu ma...