21|| Apa pantas?

33 6 0
                                    

Hai, Gaffi hadir kembali 🤗

Berikan vote dan komen yang banyak yaaa 🤭

Selamat membaca dan moga memberi manfaat 🤍

🍁🍁🍁

Rasanya sangat tidak tahu malu jika aku mengharapkan kamu yang baik, sedangkan aku tahu betapa buruk diri ku.

-Meminangmu-

🍁🍁🍁


Setelah mata kuliah pertama berakhir, Faezya bergegas menuju kantin fakultas untuk bertemu dengan Juan sesuai yang laki-laki itu katakan lewat chat dua jam yang lalu. Langkah Faezya terhenti sejenak ketika menemukan sosok sang pacar di salah satu meja. Laki-laki itu sendiri, di hadapannya duduk seorang perempuan berambut sebahu yang dicat merah maroon. Keduanya tampak begitu akrab. Tersenyum tipis, Faezya kembali melangkah ke arah meja itu.

“Hai!”

Faezya tersimpul ketika Juan dan perempuan itu menengoknya dengan mata melebar. Terkejut. Faezya menahan diri untuk tidak tertawa melihat ekspresi bodoh dua manusia itu.

Juan berdeham pelan, lalu tersenyum canggung pada Faezya. “Eh, Sayang.” Gesturnya terlihat kaku, tetapi berusaha terlihat biasa saja.

Tak memedulikan Juan, mata Faezya lebih tertarik memindai penampilan perempuan itu. Rambut yang dicat, rok mini, dan kaus ketat, membuat Faezya tersenyum sinis.

Seakan tahu jika sedang diamati, perempuan itu buru-buru berdiri dari duduknya. Dia menatap Juan dan berkata, “Aku duluan ya, Juan.” Perempuan itu sempat melirik ke arah Faezya sebelum pergi dengan langkah lebar.

“Dayana?” tebak Faezya, duduk di hadapan Juan di tempat perempuan itu tadi. Meski baru pertama kali bertemu, Faezya sangat ingat dengan perempuan itu melalui foto-foto yang Sabella kirim.

Juan membenarkan sebelum buru-buru berucap, “Kamu jangan salah paham dulu, Sayang.”

I don’t want to talk about her. It’s not a big deal  for me,” kata Faezya cepat.

Juan mengangguk sembari menghela napas. “Okay, let’s just talk about us.

So?”

“Mau pesan minum dulu?”

“Jus jeruk.”

Juan mengangguk, lalu segera beranjak ke salah satu penjual minuman, lalu kembali dengan segelas jus jeruk dan sepiring kentang goreng. Dia meletakkannya di hadapan Faezya.

Faezya mengucapkan terima kasih, Juan hanya mengangguk pendek.

Mata Juan tak lepas dari Faezya yang menghidu jus jeruknya. Hanya sedikit, kemudian perempuan itu ikut menatapnya. Beberapa saat mata mereka beradu sebelum pandangan Juan beralih pada cincin yang melingkar di jari Faezya.

Tahu arah pandangan Juan, Faezya ikut melirik cincinnya. Embusan napas berat Juan terdengar samar di telinganya. Faezya kembali menatap laki-laki itu. Otaknya sudah menebak-nebak apa yang akan laki-laki itu bahas.

MeminangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang