Hai, Gaffi hadir kembali 🤗
Jangan lupa vote dan komen yaa 😁
Selamat membaca dan moga memberi manfaat 🤍
🍁🍁🍁
“Tanpa melebihi cinta saya kepada Allah, kini saya mencintaimu, Faezya Az-Zahra. Istriku.”
-Gaffi, Meminangmu-
🍁🍁🍁
Gaffi berdiri kaku di dekat pintu kamar Faezya. Matanya menyorot segala penjuru kamar bernuansa putih ini. Sangat luas, mungkin tiga kali lipat dari luas kamarnya. Ada kasur ukuran besar, meja rias yang di atasnya tertata berbagai macam alat make up dan skin care, satu pintu menuju walk in closet, dan juga kamar mandi yang mengucurkan suara air sebab ada Faezya di dalam sana.
Tatapan mata Gaffi kemudian jatuh pada lemari kaca cukup tinggi yang menampilkan berbagai piala, piagam, dan juga medali. Penasaran, Gaffi mendekat. Dia memindai satu persatu isi lemari itu. Dia tidak menyangka sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama Faezya aktif mengikuti berbagai lomba hingga tingkat nasional.
Perhatian Gaffi kemudian berpindah pada beberapa bingkai foto yang juga ada di lemari kaca itu. Seorang gadis dengan rambut di ikat dua dan memegang piala yang hampir setara dengan ukuran tubuhnya membuat Gaffi tersenyum gemas. Gaffi berpindah ke foto lain, keningnya tiba-tiba berkerut ketika melihat di semua foto Faezya tidak pernah tersenyum meski yang dipegangnya piala paling besar dari teman-temannya. Ada kesedihan dalam pancaran mata gadis kecil itu. Sesaat terdiam, hingga Gaffi menemukan satu kejanggalan. Dalam semua foto itu, tidak ada Wirawan dan Yuni berdiri di sisi Faezya kecil. Hanya ada Pak Rudi dan Bi Siti di beberapa foto.
“Faezya putri saya satu-satunya. Hubungan saya dan dia mungkin tidak sedekat ayah dan anak pada umumnya, tapi rasa sayang saya sangat besar kepadanya. Dia kebanggaan saya. Masa kecilnya tidak berjalan dengan baik. Cukup saya yang mengecewakan dia, saya harap kamu tidak melakukannya. Saya yakin, bersama kamu Faezya akan mendapatkan kebahagiaan yang dia rindukan sejak dulu. Jika suatu hari nanti kamu menyerah terhadapnya, pulangkan dia ke rumah ini lagi dalam keadaan yang sama seperti kamu mengambilnya. Bagaimana pun juga, seorang ayah tidak akan sanggup melihat putrinya terluka meski hanya setitik.”
Ucapan Wirawan sebelum akad berlangsung tiba-tiba kembali berputar di kepalanya. Ayah mertuanya itu berucap dengan guratan kesedihan yang begitu kental di wajahnya. Saat itu Gaffi hanya mengartikan sebagai kesedihan seorang ayah yang akan berpisah dan memindahkan segala tanggung jawab atas putrinya kepada laki-laki lain. Namun, kini Gaffi mulai paham gurat kesedihan itu. Tidak hanya menggambarkan kesedihan seorang ayah yang akan menikahkan putrinya, tetapi ada penyesalan di sana. Rasa sesal sebab telah menyia-nyiakan banyak waktu untuk bersama putri tunggalnya.
“Lo ngapain?”
Gaffi terkesiap dan berbalik badan. Di hadapannya Faezya berdiri dengan handuk yang membungkus kepalanya. Bajunya juga telah berganti dengan piama satin lengan panjang. Saking seriusnya memperhatikan isi lemari kaca itu Gaffi sampai tidak mendengar Faezya yang telah keluar dari kamar mandi.
“Woy!” Faezya berseru seraya melambaikan tangan di depan wajah Gaffi yang masih diam. “Malah bengong!”
Gaffi mengerjap, lalu terkekeh kecil. “Saya cuma lihat piala-piala kamu. Ternyata kamu pintar juga, ya,” katanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Meminangmu
ChickLitJika berkenan, harap follow jika menyukai cerita ini 🤗 ⚠️ Untuk dibaca, bukan untuk diplagiat! Jadilah hebat tanpa harus menjadi bayangan orang lain. ⚠️ Konten 18+ (Tapi bukan cerita ehem-ehem). Harap bijak memilih bacaan. **** Kejadian di suatu ma...