7 || Keponakan Faezya

85 17 3
                                        

 Hai, Gaffi hadir kembali!

Jangan lupa vote dan komen yang banyak!

Selamat membaca dan moga bermanfaat 🤗

🍁🍁🍁

“Itu tadi siapa, Yang?”

Setelah berhasil kabur dari penjagaan Pak Rudi, Faezya meminta Juan untuk singgah di salah satu kafe tempatnya biasa nongkrong bersama teman-temannya. Mendapati pertanyaan dari sang kekasih, Faezya yang sejak duduk sibuk bermain ponsel lantas mendongak.

“Sopir.” Faezya menjawab singkat dan datar.

“Kamu enggak bawa mobil sendiri?”

“Enggak.”

“Tumben. Kenapa?”

“Enggak usah banyak tanya, deh!”

Juan menghela napas ketika Faezya masih bersikap ketus dan enggan menatapnya. Dia tahu jika Faezya masih marah kepadanya. Dia lantas menyentuh punggung tangan pacarnya itu yang berada di atas meja, tetapi yang dia dapati adalah sebuah penolakan sebab Faezya langsung menyingkirkan tangannya.

“Kamu masih marah, Yang?”

“Pikir aja sendiri kalau punya otak.”

“Yaudah, aku minta maaf.”

“Oh, merasa punya salah, ya?”

“Yang ...” melas Juan. “Aku bisa jelasin semuanya. Aku sama Dayana enggak ada hubungan apa-apa. Kita cuma—”

“Kalian cuma teman. Kalian berduaan karena sekelompok, mau kerjain tugas. Atau Dayana yang minta tolong dibantu, terus kamu enggak enak nolak,” papar Faezya, menyela ucapan Juan. “Enggak usah dijelaskan. Aku sudah hapal,” tambahnya, sinis.

“Sayang, aku serius. Kalau kamu enggak percaya, kamu bisa tanya ke Dayana langsung.”

“Enggak perlu, makasih.”

“Terus, aku harus gimana biar kamu percaya.”

Faezya menatap Juan, lalu berujar, “Papah aku bilang, sekali kita berbohong maka selamanya tidak akan dipercaya lagi. Aku sekarang enggak tahu harus percaya ucapan kamu di bagian mana.”

“Tapi aku gak pernah bohong sama kamu.”

“Anggap aja gitu,” sahutnya cuek, lalu meminum es jeruknya.

Juan membuang napas panjang. “Aku minta maaf kalau aku buat kamu sakit hati. Maaf, ya? Aku janji bakal menjauh dari Dayana.”

“Hari ini mood aku buruk, bisa kamu jangan memperburuk? Aku cuma mau tenang untuk sebentar.”

“Makanya maafin aku dulu.”

Faezya mendengkus kasar. “Hem.”

“Hem apa?”

“Aku maafin. Udah, kan? Bisa kamu diam?”

Juan tersenyum lebar meski Faezya masih berbicara ketus. Dia membawa tangan Faezya ke dalam genggamannya. Kali ini Faezya tidak lagi menolak, membiarkan Juan melakukan apa pun selagi cowok itu tidak berisik.

“Aku janji enggak bakal ulangi lagi.” Juan berucap sungguh-sungguh.

“Ulangi yang mana? Yang bagian kamu selingkuh atau bagian kamu yang suka bohong sama aku?”

“Dua-duanya.”

Begitu jawaban Juan meluncur, detik itu juga Faezya tersenyum sinis. “I get it.”

MeminangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang