17|| Meminangmu (2)

31 5 0
                                    

Hai, Gaffi hadir kembali 🤗

Jangan lupa vote dan komen yang banyak yaaa 🤭

Selamat membaca dan moga memberi manfaat 🤍

🍁🍁🍁

"Bagaimana bisa saya mencari perempuan lain di saat kamulah jawaban dari doa saya?"

-Gaffi, Meminangmu-

🍁🍁🍁

Pelukan angin malam pada tubuhnya membuat Faezya bergidik. Sesekali dia mengusap lengannya yang terasa dingin. Sudah lima menit dia duduk di bangku taman bersama Gaffi yang menatap lurus pada air mancur di tengah taman. Mereka duduk berjauhan, tepatnya Gaffi yang memilih duduk di ujung bangku.

"Lo mau ngomong apa? Gue bisa masuk angin tunggu lo bersuara," kesal Faezya.

Pandangan Gaffi tak bergeser sedikit pun dari pancuran air di hadapannya. Sesaat kemudian embusan napasnya terdengar lirih. "Saya ingin menikah dengan kamu, Faezya," katanya tenang.

"Sayang sekali, gue enggak mau nikah sama lo!" balas Faezya ketus.

"Saya tahu ini terlalu mendadak dan membuat kamu kaget. Tapi saya tidak bisa menunggu lagi. Saya takut dosa ini terus mengalir."

Faezya sontak menatap Gaffi yang menggerakkan kepalanya sedikit pun. "Dosa?"

"Saya terus memikirkan kamu membuat saya ketakutan sebab kamu bukan mahram dan juga belum menjadi istri saya. Jika sudah begini, apa yang harus saya lakukan selain dengan menghalalkan kamu untuk saya?"

"Itu derita lo! Dosa lo, bukan dosa gue. Otak lo yang ngeres, kenapa jadi gue yang susah?" Faezya bersungut-sungut, kesal sekali rasanya. "Makanya punya otak itu di jaga, jangan dikit-dikit mikirin cewek!"

"Itulah gunanya pernikahan, yang tadinya dosa, bisa berubah menjadi pahala jika sudah halal," kata Gaffi. Lalu dia terdiam sejenak sebelum melanjutkan, "Saya memang belum bisa bilang mencintai kamu karena pernyataan cinta sebelum akad adalah omong kosong. Tapi-"

"Tapi gue enggak akan pernah cinta sama lo!" pungkas Faezya. Dia menatap laki-laki itu dari samping. "Lebih baik lo batalin semua ini. Cari perempuan yang suka rela hidup sama gue dan itu bukan gue!"

"Bagaimana bisa saya mencari perempuan lain di saat kamulah jawaban dari doa saya?"

"Jawaban doa lo itu salah. Daripada remedial, mending lo cari jawaban lain."

Gaffi tersenyum kecil. "Jawaban dari Allah tidak akan salah. Dialah Yang Maha Pemberi Petunjuk. Pertemuan kita, saya yang terus memikirkan kamu, dan keberadaan saya di sini sudah cukup menjadi jawaban atas doa dan ikhtiar saya selama ini."

Faezya mendecakkan lidah kesal. Gaffi sangat keras kepala. "Lo kenapa ngebet nikah sama gue, hah?" ketusnya. Kemudian kepalanya mengangguk-angguk seraya tersenyum sinis. "Oh ... jangan bilang lo nafsu lihat tubuh gue, hah?" tudingnya tajam.

Gaffi terbelalak. Refleks, dia menoleh pada Faezya. Senyum sinis perempuan itu masih terukir sempurna.


Gaffi beristigfar. Kalau boleh jujur, dia sedikit tersinggung dengan ucapan Faezya.

"Saya lahir dari seorang wanita, tidak mungkin saya memperlakukan wanita lainnya serendah itu," kata Gaffi tegas. "Tidak akan saya menyentuh kamu sebelum kita menikah. Perempuan terlalu berharga untuk disentuh oleh laki-laki yang bukan mahram atau suaminya."

MeminangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang