Hai, Gaffi hadir kembali 🤗
Berikan vote dan komen yang banyak yaaa 🤭
Selamat membaca dan moga memberi manfaat 🤍
🍁🍁🍁
“Lo mau daftar jadi kandidat calon istrinya Gaffi?”
-Zaki, Meminangmu-
🍁🍁🍁
Menikah tidak hanya perihal ijab yang diucapkan dengan lantang atau para saksi yang berucap ‘sah’. Menikah juga bukan hanya tentang dua orang yang saling mencintai, lalu mengikat janji sehidup semati. Pernikahan lebih dari itu. Tidak sesederhana yang terlihat atau seindah yang dibayangkan. Namun, pernikahan tidak juga seseram yang ditakutkan.
Setiap perjalanan memiliki tujuan, begitu juga dengan pernikahan. Ada tujuan yang ingin dicapai bersama. Karenanya, sebelum benar-benar masuk dalam hubungan pernikahan, ada banyak hal yang harus disiapkan dan dipertimbangkan matang-matang dari berbagai aspek.
Kesiapan hati dan mental, visi dan misi untuk mencapai tujuan nikah, ilmu perihal rumah tangga, dan yang tak kalah pentingnya adalah kesiapan finansial.
Banyak orang yang mengabaikan perihal kesiapan materi atau finansial ketika akan menikah dengan alasan rezeki sudah ada yang mengatur dan dapat dicari bersama. Tidak salah memang, tetapi kenyataannya tidak semua dapat bertahan dalam proses mencari materi bersama, banyak yang memilih untuk berpisah di tengah jalan.
Rezeki boleh saja Tuhan yang mengatur, tetapi kita memiliki andil besar dalam menjemputnya. Dan dalam menjemputnya akan banyak cobaan yang ditemui. Pertanyaannya, siap dan sanggupkah menghadapi segala cobaan itu?
Sadar akan hal itu, sejak memberitahu orang tuanya akan melamar seorang perempuan, Gaffi mulai memeriksa semua buku tabungannya. Mulai dari tabungannya ketika SMA yang dia dapat dari membantu beternak bebek milik ayahnya. Lalu ketika kuliah hasil mengajar les anak-anak SMP. Dan gaji ketika sudah bekerja sekarang ini. Gaffi menghitung semua. Cukup besar jumlahnya. Selain itu, Gaffi juga memperhitungkan segala pengeluaran mulai dari hal besar hingga hal kecil. Semua masuk dalam hitungannya.
Ketika merasa cukup mampu dalam hal finansial, Gaffi mulai mempertanyakan ilmunya. Perihal ilmu, dia selalu merasa kurang dan haus. Makanya dia mulai banyak mencari dan membaca perihal pernikahan dan rumah tangga, baik itu dari segi psikologi ataupun agama agar lebih seimbang.
"Menikah itu tentang sabar. Jika sebelum nikah sabarnya cuma seluas lautan, maka setelah menikah sabarnya harus dibentangkan lagi seluas langit. Jangan pernah membalas amarah dengan amarah jika tidak ingin berakhir binasa. Berusahalah untuk menjaga penenang dalam situasi apa pun. Tapi itu bukan berarti kamu tidak berhak marah atau melampiaskan perasaan dan emosi kamu.
"Kamu bisa melakukannya, tapi lampiaskanlah dengan cara yang tepat. Misalnya, kamu bisa bicara baik-baik dengan pasangan kamu apa yang membuat kamu marah, apa saja yang membuat kamu tidak nyaman dari sikap dia. Begitu juga dengan kamu, izinkan pasangan kamu untuk mencurahkan apa yang dia rasakan," papar Aminah ketika Gaffi meminta wejangan perihal rumah tangga kepada orang tuanya. "Hubungan rumah tangga itu harus seimbang. Kedua-duanya harus berperan sebagai pendengar dan pembicara yang baik. Ini agar komunikasi antar suami dan istri tidak rusak."
"Jika telah memiliki istri, Ayah harap kamu pandai-pandai menahan diri. Setan selalu pandai mencari celah untuk mencelakakan keturunan Adam. Jangan sampai kamu terjebak oleh hawa nafsu yang menjerumuskan kamu dalam kebinasaan." Ketika itu Yusuf juga ikut menambahkan dan memberi beberapa pesan untuk Gaffi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meminangmu
ChickLitJika berkenan, harap follow jika menyukai cerita ini 🤗 ⚠️ Untuk dibaca, bukan untuk diplagiat! Jadilah hebat tanpa harus menjadi bayangan orang lain. ⚠️ Konten 18+ (Tapi bukan cerita ehem-ehem). Harap bijak memilih bacaan. **** Kejadian di suatu ma...