15|| "Apa nih ramai-ramai?"

51 11 0
                                    

Hai, Gaffi hadir kembali 🤗

Jangan lupa vote dan komen yang banyak 😁

Selamat membaca dan semoga bermanfaat 🤭

🍁🍁🍁

"Pak Gaffi hanya untuk dikagumi, bukan dimiliki."

-Si Kalem, Meminangmu-

🍁🍁🍁

Seperti hari-hari sebelumnya, Faezya masih bertugas menjadi sopir pribadi Larissa. Sudah hampir lima belas menit dia berada di depan sekolah keponakannya, pandangannya sama sekali tak bergerak dari gerbang sekolah. Gerombolan siswa-siswi keluar dari area sekolah, tetapi tak ada Larissa di antara gerombolan itu.

Kesal dan lelah menunggu, Faezya mendecakkan lidah. “Nyangkut di mana sih, tuh Bocil?”

Faezya kembali mendecakkan lidah ketika melirik jam tangannya. Masalahnya dia punya janji untuk jalan bersama teman-temannya. Sialnya, dia masih memiliki tugas menjemput keponakannya jika tidak ingin mobilnya kembali disita.

“Akhirnya muncul juga.” Faezya menegakkan punggungnya ketika melihat Larissa keluar bersama beberapa anak perempuan lainnya dan berjalan menuju mobilnya. Tangan Faezya mulai terasa gatal ingin menjitak kepala gadis itu.

Sesaat kemudian, pintu sebelah kiri Faezya terbuka dan menampilkan cengiran khas Larissa.

“Cepat masuk!” Faezya bertitah sewot.

Bukannya masuk, Larissa masih cengar-cengir di tempat. “Tante jangan marah-marah, nanti lekas kena stroke.” Larissa berucap dengan nada sebuah lagu.

Faezya melotot. Wajahnya mulai terasa panas, emosinya benar-benar terbakar. “Makin ngeselin lo ya, Cil! Gue tunggu lo di sini lama! Bukannya makasih, malah belagu! Enggak usah naik mobil gue lo!” Faezya menyemburkan segala kekesalannya.

Larissa mulai panik ketika tantenya itu akan menutup pintu mobil. Gegas dia menahannya. Lalu menangkupkan tangan, meminta maaf, dan memohon dengan raut pias agar tidak ditinggalkan.

Faezya memutar bola mata, muak dengan drama bocah SMP itu.

“Lima detik lo masih di situ, gue beneran tancap gas tinggalin lo!”

“Eh ... Jangan, Tante!” seru Larissa, tetapi tak juga masuk ke dalam mobil. Bola mata gadis itu bergerak-gerak liar. Terlihat gugup. “Engh ... Tante.”

“Apa lagi, sih? Lo beneran mau gue tinggalin?” Faezya berseru galak.

Larissa menggeleng kuat dan cepat. “Ica mau kerkel di rumah teman, Tante!”

Faezya diam. Satu alisnya terangkat. Detik selanjutnya dia mengangguk-angguk kecil. “Oh, berarti lo ikut sama teman lo? Bagus, lah. Ngomong kek dari tadi.”

Larissa menggeleng. “Bukan, Tante. Tapi ... mereka yang ikut Ica.”

“Apa?”

“Tante anter Ica ke rumah teman Ica, ya? Sama teman-teman Ica juga.”

Faezya tampak berpikir sebentar. “Berapa orang yang mau numpang?”

MeminangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang