Hai, Gaffi hadir kembali 🤗
Berikan vote dan komen yang banyak yaaa 🤭
Selamat membaca dan moga memberi manfaat 🤍
🍁🍁🍁
"Siapa pun itu, bangunkan gue dari mimpi buruk ini!"
-Faezya, Meminangmu-
🍁🍁🍁
Faezya merasa dunia begitu tidak adil padanya. Seakan tidak cukup masa kecilnya yang dihias sepi dan asing akan kasih sayang kedua orang tuanya, kini dunia kembali melempar derita padanya. Dia menikah dengan laki-laki yang tidak dicintai dan tinggal di rumah kecil, ditambah semalam dia harus tidur berteman hawa panas sebab kipas angin tak cukup menolongnya. Tak cukup sampai di situ, penderitaan kembali menyapanya pagi ini.
Niat Faezya yang kembali tidur selepas salat Subuh—atas paksaan Gaffi—harus pupus begitu saja ketika sang suami memaksanya untuk ikut membuat sarapan. Tidak baik tidur di pagi hari, apalagi sampai marah-marah. Lebih baik kita gunakan untuk membuat sarapan bersama. Begitulah kira-kira ucapan Gaffi ketika Faezya hendak menyemburkan makiannya. Faezya merasa hidupnya kini benar-benar merana.
Dengan langkah malas dan mata yang masih diserang kantuk, dia beranjak ke dapur dengan Gaffi yang mengekor di belakangnya. Faezya membuka kulkas dan memperhatikan isinya. Hanya ada tiga butir telur, jus jeruk yang sisa setengah botol, roti tawar, dan sayuran yang mulai layu. Tak punya pilihan, perempuan itu lantas mengambil roti tawar dan jus jeruk.
Dengan plastik roti di tangan kanan dan botol jus jeruk di tangan kiri, mata Faezya bergerak liar mencari satu barang yang sangat dibutuhkannya. Tak mendapati barang itu, dia lantas menoleh ke Gaffi yang sedari tadi hanya memperhatikan segala gerak gerik istrinya itu.
“Toaster-nya di mana?” tanya Faezya.
“Toaster?” Gaffi balik bertanya dengan kening berkerut samar.
“Lo taruh di mana? Gue mau bakar roti.”
Sembari menggaruk alisnya yang tiba-tiba terasa gatal, Gaffi menjawab, “Maaf, tapi saya tidak punya barang itu.”
“Enggak punya?”
Gaffi mengangguk.
Faezya geleng-geleng kepala. Setengah tak percaya. Sekilas dia kembali memindai keadaan dapur, lalu kembali bertanya, “Microwave? Pasti punya, kan? Enggak mungkin enggak ada.”
Gaffi menggeleng, tanda dia juga tidak punya.
“Oven listrik?”
Gaffi kembali menggeleng.
“Mesin jus?”
Lagi-lagi Gaffi menggeleng.
Faezya ikut menggeleng-geleng. Bedanya, dia menggeleng dengan dada terasa penuh. Dia menarik napas, mencoba untuk bersabar. Namun sayang, dia manusia dengan sumbu kesabaran sangat pendek. Akhirnya, pecah juga emosinya di pagi hari ini.
“Gila, ya! Ini rumah apa gua, sih? Toaster enggak ada, microwave enggak ada, oven enggak ada! Mandi pake gayung, berak kudu jongkok! Tidur kepanasan! Gue serasa hidup di zaman Megalitikum, anjir!” sembur Faezya bersungut-sungut, melepaskan segala kekesalannya. Saking kesalnya, kalimat yang keluar dari mulutnya nyaris tanpa spasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meminangmu
ChickLitJika berkenan, harap follow jika menyukai cerita ini 🤗 ⚠️ Untuk dibaca, bukan untuk diplagiat! Jadilah hebat tanpa harus menjadi bayangan orang lain. ⚠️ Konten 18+ (Tapi bukan cerita ehem-ehem). Harap bijak memilih bacaan. **** Kejadian di suatu ma...