5 || Kekesalan Faezya

110 20 3
                                    

Fae hadir kembali!

🥀🥀🥀

“Uuh ... so sexy.”

Faezya tersenyum puas memperhatikan pantulan dirinya di depan cermin. Dress sabrina putih membalut tubuhnya dengan sangat sempurna. Rambutnya yang bergelombang di bagian bawah dibiarkan tergerai indah. Untuk ke sekian kalinya dia takjub akan kecantikan dan kesempurnaan tubuhnya.

Setelah selesai dengan urusan penampilan, Faezya beranjak hendak mengambil kunci mobil. Namun, dia mengernyit ketika tidak menemukan kunci mobilnya di atas nakas. Faezya diam, mencoba untuk mengingat di mana kunci mobilnya. Sesaat kemudian mendecakkan lidah ketika mengingat jika kunci mobilnya berada di Pak Rudi. Padahal tadi pagi dia sendiri yang memberikannya dan menyuruh Pak Rudi memasukkan mobilnya ke garasi.

Hari semakin sore, dia ada janji dengan para sahabatnya untuk ke salon. Jangan sampai dia terlambat dan berujung mendengar celotehan para sahabatnya itu.

“Bi, Pak Rudi mana?” tanya Faezya ketika Bi Siti lewat di hadapannya.

“Non Pae. Cantik banget.” Bi Siti tersenyum, lalu kembali berucap, “Pak Rudi tadi Bibi lihat lagi cuci mobil di depan.”

Tanpa mengatakan apapun lagi—termasuk ucapan terima kasih—Faezya segera berlalu dari hadapan Bi Siti. Dia berjalan keluar dan menemukan Pak Rudi sedang mencuci salah satu mobil papanya.

“Pak Rudi!” teriak Faezya seraya berjalan menghampiri Pak Rudi.

Pak Rudi menoleh. “Iya, Non? Ada yang bisa Bapak bantu?” ucapnya sopan.

“Kunci mobil saya mana?” pinta Faezya langsung.

“Kunci mobil yang mana ya, Non?” Pak Rudi terlihat bingung.

“Kunci mobil tamiya!” sentak Faezya. Dia menghela napas panjang, mencoba untuk sabar melihat wajah Pak Rudi yang semakin bingung. “Ya, kunci mobil saya, dong, Pak. Tadi pagi saya suruh kasih masuk mobil, sekarang kuncinya mana? Saya mau pergi ini,” paparnya.

“Oalah, yang itu. Saya bingung pas Non bilang, kunci mobil tamiya. Mobil tamiya yang mana?”

“Ck, malah curhat,” decak Faezya. “Ini kunci mobil saya mana, Pak?”

“Kunci mobilnya ada, Non,” jawab Pak Rudi. “Tapi, Pak Bos larang saya kasih ke Non Fae.”

“Kenapa?” lontar Faezya tidak terima. “Itu mobil saya!”

“Mulai hari ini Papah tidak izinkan kami bawa mobil sendiri. Pak Rudi yang akan mengantar kamu.”

Sejenak Faezya memejamkan mata ketika mengingat ucapan papahnya. Jadi, mobilnya benar-benar disita?

“Non kalau mau pergi biar saya antarkan.”

Faezya menatap sinis Pak Rudi. Dia lalu menjulurkan tangannya yang menengadah. “Sini kunci mobilnya!”

“Maaf, Non, saya tidak bisa kasih.”

“Pak Rudi gak punya hak tahan-tahan kunci mobil saya! Itu milik saya! Siniin, cepat!” lontar Faezya.

MeminangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang