Hai, Gaffi hadir kembali 🤗
Berikan vote dan komen yang banyak yaaap jika suka 😁
Selamat membaca dan semoga memberi manfaat.
🍁🍁🍁
🍁🍁🍁
“Faezya, bangun.”
Entah sudah berapa lama Gaffi mencoba untuk membangunkan Faezya, tetapi perempuan itu tak kunjung membuka mata. Bergerak saja tidak. Gaffi tadi bangun pukul tiga pagi, lalu salat tahajud, dan berzikir sembari menunggu waktu subuh.
Gaffi mendesah. Faezya sangat nyenyak dipeluk mimpi. Tak ingin istrinya melewatkan salat Subuh, Gaffi kemudian mencoba menggoyangkan lengan perempuan itu, pelan.
“Ayo, bangun, Faezya. Waktu Subuh hampir masuk.”
Faezya bergeming. Semakin merapatkan pelukannya pada guling. Tak kehabisan akal, Gaffi sedikit menunduk, lalu mendekatkan bibirnya pada telinga perempuan itu.
“Assalamu’alaikum, Faezya. Ayo, bangun. Kita salat,” bisiknya.
Faezya mulai bergerak, mengusap telinganya yang terasa menggelitik. Keluhan kecil keluar dari bibirnya, tanda bahwa dia terganggu. Namun, tetap saja matanya belum terbuka.
Tak menyerah, Gaffi lantas meniup telinga perempuan itu.
“Ck, apa, sih?” Faezya berdecak, kembali mengusap telinganya kasar.
“Ayo, bangun. Salat!” titah Gaffi.
“Gue ngantuk!” seru Faezya tanpa membuka mata. Dia menaikkan selimut hingga batas leher dan menyamankan posisinya.
“Bangun, Faezya!” Gaffi menggoyang-goyangkan lengan Faezya lagi.
Faezya menggeram keras. Matanya terbuka lebar. Menyentak tangan Gaffi pada lengannya, lalu menatap nyalang laki-laki itu. “Lo budek apa enggak punya otak, hah? Gue udah bilang, gue ngantuk!” bentaknya.
Gaffi sempat tersentak kaget, tetapi segera beristigfar. “Ayo, salat Subuh,” ajaknya dengan suara lembut, mengabaikan bentakan istrinya itu.
“Lo kalau mau salat, salat aja sendiri! Gue mau tidur! Maksa banget, sih!”
Gaffi menghela napas, lalu berujar, “Kamu istri saya, tanggung jawab saya. Lebih baik saya kesusahan memaksa kamu menuju surga daripada pasrah membiarkanmu berjalan ke neraka. Karena saya ingin kita melangkah bersama ke surga-Nya kelak.”
“Bacot! Banyak kecot!” lontarnya Faezya tajam.
Setelahnya, dia berniat kembali menarik selimut hingga kepala. Namun, Gaffi lebih dulu menarik selimut itu hingga jatuh ke lantai. Faezya tersentak, mulutnya terbuka hendak mengumpati laki-laki itu, tetapi lagi-lagi Gaffi bergerak lebih cepat. Diangkatnya tubuh Faezya hingga posisi perempuan itu menjadi duduk.
Faezya melotot tajam. “Lo—”
“Wudu, cepat!” titah Gaffi tegas, tak ingin dibantah.
“Enggak—”
“Atau mau saya mandikan?”
Faezya menggeram. Giginya bergemeletuk. Mengepalkan tangannya, dia lantas memukul kasur kesal. Sekali lagi dia memandang Gaffi tajam, lalu turun dari kasur dan berjalan masuk menuju kamar mandi dengan kaki yang dientakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meminangmu
Chick-LitJika berkenan, harap follow jika menyukai cerita ini 🤗 ⚠️ Untuk dibaca, bukan untuk diplagiat! Jadilah hebat tanpa harus menjadi bayangan orang lain. ⚠️ Konten 18+ (Tapi bukan cerita ehem-ehem). Harap bijak memilih bacaan. **** Kejadian di suatu ma...