"Ibu, aku pasti akan sembuh kan?" Seorang anak dengan nada lemah bertanya pada ibunya, wanita itu hanya menangis dan mengangguk menjawab pertanyaan anaknya walaupun ia tidak tahu jawaban pastinya.
Ibu dan anak ini berasal dari Distrik Hitam, saat tragedi mayat hidup beberapa waktu lalu anaknya terinjak-injak oleh gerombolan orang yang mencoba menyelamatkan diri. Kondisi anaknya begitu lemah dan mengkhawatirkan, akan tetapi wanita ini mencoba untuk tetap optimis.
Pagi tadi Rumah Sakit meledak oleh kepanikan ketika pengumuman soal ekskusi terdengar. Beberapa orang yang dianggap memiliki presentase hidup dibawah rata-rata akan ditembak mati esok hari, segera saja tangisan dan ratapan memenuhi tempat ini. Mereka baru saja lega karena bisa lolos dari kepungan mayat hidup, akan tetapi kini mereka dihadapkan pada kematian yang sangat ditakuti.
Wanita ini salah satu diantaranya, Dokter sudah sempat memberitahu bahwa anaknya memiliki presentase kehidupan yang sangat minim. Sebuah keajaiban bahwa anak itu masih bisa bertahan hidup setelah diinjak-injak puluhan orang.
"Ibu akan menjagamu." Ucap wanita itu lemah, ia mengenggam tangan mungil anaknya dan menciuminya perlahan-lahan.
Anak itu terlihat lega, ia mengangguk mengerti. "Aku sangat menyayangi ibu."
Wanita itu tersentak ketika mendengar suara jeritan dan kutukan dari arah luar, ketika ia mencoba mengintip pemandangan yang dilihatnya adalah seorang pria muda yang diseret oleh dua orang berseragam Hakim. Tampaknya ibu dari pria muda itu tidak membiarkan anaknya mati begitu saja, ia menjerit dan melayangkan makian pada Para Hakim.
Rasa takut sang wanita meningkat, ia mengenggam tangan anaknya semakin erat.
"Kalian adalah iblis! Apa kalian tidak memiliki hati?! Anakku akan segera sembuh! Lepaskan dia."
Yuan Mei yang sedang memasukkan peluru kedalam pistolnya merasa terganggu, ia melirik pada arah sumber suara. 1.000 tahun yang lalu Rumah Sakit biasanya menjadi tempat penuh harapan akan kesembuhan dan kehidupan, akan tetapi pada jaman ini sangat berbeda. Setiap rumah sakit memiliki tempat 'ekskusi' untuk menembak mati pasien yang sekarat atau pasien yang sudah mati. Ini terdengar sangat ironis.
"Ah berisik sekali." Decih Yuan Mei. Ia sudah bekerja selama bertahun-tahun menjadi Hakim, dirinya jelas mengerti jika satu orang saja terlambat untuk ditembak mati maka saat itulah kehidupan manusia didalam tembok dipertaruhkan.
Padahal orang-orang itu jelas mengerti situasi macam apa yang mereka hadapi kemarin, tetapi mereka tidak belajar dari pengalaman.
Sebagai Para Hakim, Yuan Mei dan rekan-rekannya sudah biasa disebut sebagai monster atau iblis. Kadangkala mereka juga dikucilkan, ini salah satu alasan banyak Para Hakim yang menjadi gila atau mundur dari jabatannya pada tahun kedua. Sangat jarang ada yang berhasil bertahan selama tiga tahun. Hanya Yuan Mei dan Daisuke yang sanggup bertahan.
Para Hakim mengabaikan teriakan histeris ibu pria muda ini, walaupun wajah mereka sangat kelabu karena tidak tega tapi ini adalah tugas mereka.
Pria muda didudukkan pada kursi kayu. Meski tangannya gemetar, pria muda itu berusaha terlihat tenang. Ia mencoba menahan airmatanya sekuat tenaga, pada hari kematiannya ia tidak ingin meneteskan airmata.
"Lepaskan anakku! Biarkan dia hidup!" Ibu pria muda itu masih saja histeris.
"Siapa yang akan menembak, Jenderal?" Tanya Yuan Mei.
"Aku."
"Hoo~ baiklah."
Daisuke mengarahkan pistolnya pada kepala pria muda itu, tanpa keraguan Daisuke segera melepaskan tembakan. Tubuh pria muda ambruk begitu saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/313672247-288-k369709.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Flame [Daiharu] {Slow Update}
FanfictionHaru meninggal ketika menjalankan misi penyelamatan umat manusia dari mayat hidup. Jiwanya mengembara selama 6 tahun, 6 bulan, 6 hari. Haru yang merupakan Jenderal kuat dan beta yang tampan, tiba-tiba bertansmigrasi ke tubuh seorang omega bernama Ha...