Prolog

6.4K 579 6
                                    

"Suzue! Apa kau sudah menembakkan peluru asap darurat?!"

"Sudah, Jenderal! Pasukan Penjelajah Hitam sudah memberikan peluru asap balasan! Mereka akan segera tiba, bergerak dari arah tenggara!"

"Sial! Jenderal! Amunisi kelompok 2 habis!"

"Laporan! Amunisi kelompok 2 habis, kami dikepung oleh mayat hidup. Semua jalan keluar sudah tertutup. Total ada 40 warga sipil yang masih terjebak di dalam Distrik Abu-abu." Suara itu terdengar terengah-engah, ada campuran rasa takut dan teror luar biasa melalui setiap kata-katanya. Gigi pria itu mengerat, menyadari apa yang akan terjadi. "Kami kelompok dua, dipimpin oleh Song Lin akan mengorbankan diri. Terima kasih."

Keheningan panjang menyambut, ditengah teriakan takut umat manusia, percikan darah, suara kunyahan yang mengerikan, dan suara serak para mayat hidup yang berkeliaran di Distrik Abu-abu.

Kepulan asap menyerbak, membuat paru-paru terasa sakit.

Pria dengan wajah tampan yang murni menghembuskan napasnya perlahan. "Laporan diterima, terima kasih atas dedikasi anda dan kelompok dua."

"Ya! Jenderal!" Sambungan earpiece terputus. Menandakan bahwa kelompok dua sudah benar-benar mengorbankan diri mereka dan kemungkinan bahwa mereka masih hidup sangatlah tipis.

Pagi tadi, pukul enam dengan kabut yang masih tebal. Gerbang tembok bagian Selatan jebol, ratusan mayat hidup langsung memasuki tembok dan tanpa basa-basi segera menyerang manusia yang masih terlelap damai dalam buaian selimut hangat. Tidak ada yang siap dengan bencana tiba-tiba ini, secepat apapun Pasukan Penjelajah Merah bergerak setengah dari warga Distrik Abu-abu dinyatakan tewas dan sebagian lainnya berubah menjadi mayat hidup.

"Pasukan yang terluka segera mundur! Jika darah kalian sampai tercium oleh mayat hidup sialan ini, kalian akan dimangsa!" Perintah sang Jenderal dengan suara tegas dan terburu-buru, iris emas berusaha fokus untuk menembak mayat hidup yang berkeliaran. Karena persediaan amunisi senjata sudah menipis mereka kini tidak bisa menembak secara membabi buta, Jenderal Haru hanya bisa menaruh harapan terakhirnya pada Pasukan Penjelajah Hitam yang sedang melakukan ekspedisi luar tembok untuk segera kembali dan memberi bantuan. "Suzue, berapa lama lagi Pasukan Penjelajah Hitam akan tiba?"

Gadis berambut hitam sebahu menggunakan teropong untuk memperjelas pengelihatannya. "Mungkin satu jam lagi! Mereka bergerak sangat cepat, ini adalah batas maskimal mereka Jenderal!"

"Sialan!" Haru mengumpat keras, satu jam lagi? Itu tidak akan cukup. Ia terus mendengar laporan demi laporan bahwa beberapa regu mengorbankan dirinya atau seluruh anggotanya mati. Pasukannya tidak akan cukup untuk bertahan satu jam lagi dengan persediaan peluru atau ranjau yang sangat sedikit.

"Apa yang akan kita lakukan Jenderal?" Tanya Suzue dengan cemas.

"Saat Pasukan Penjelajah Hitam kembali, katakan bahwa Distrik Abu-abu sudah tidak bisa diselamatkan. Kita hanya bisa memusnahkannya." Ucap Haru. "Lalu, aku akan turun dan mengulur waktu. Aku akan menggunakan pedang untuk membasmi mereka."

"Jenderal! Itu tindakan berbahaya!" Suzue sentak kaget, mereka melawan mayat dari jauh saja menemui kegagalan bagaimana dengan melawannya secara langsung? Itu terdengar sangat tidak mungkin.

Tetapi Haru hanya tersenyum menenangkan alpha ini. Ia bertempur melawan mayat hidup sejak usianya 14 tahun, ia tidak takut pada apapun dan sangat percaya pada kekuatannya sendiri. Ia hanya perlu mengulur waktu, peluru yang mereka miliki tidaklah banyak. Jika mereka tetap keras kepala bertahan maka pasukan benar-benar akan mati seluruhnya.

"Hei, aku tidak semudah itu dikalahkan." Haru meninju pelan lengan Suzue. "Kalian harus tetap menembak, pastikan jangan membuang peluru dengan sia-sia! Mengerti?!"

Eternal Flame [Daiharu] {Slow Update}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang