Bab 32

2.2K 346 7
                                    

Kabar penangkapan dan sederet kejahatan keluarga Ouro segera tersebar di Asgard. Pasukan yang dipersiapkan untuk berjaga di dalam kediaman Ouro segera membebaskan pelayan yang kurung di ruang bawah tanah sempit, pelayan-pelayan yang terluka segera di bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan, beberapa keluarga pelayan menunggu di depan gerbang tinggi dan ketika anak atau sanak saudara mereka keluar hidup-hidup tangis haru pecah. Pada rumah pembakaran, ditemukan sisa tulang yang tidak berhasil terbakar jumlahnya sangat banyak membuktikan banyaknya orang yang sudah terbunuh ditangan William. Belum lagi mereka juga menemukan seluruh harta hasil korupsi William.

Publik benar-benar geram dengan semua ini, bagaimana bisa ada keluarga seperti iblis tetapi mereka sama sekali tidak menyadarinya? Bagaimana bisa William dengan percaya diri memasang tampang baik hati seperti malaikat? Hah! Mereka sudah tertipu oleh topeng malaikat yang William pasang selama ini.

Ini menjadi kasus serius bagi Asgard, apalagi setelah fakta bahwa wanita yang mati bunuh diri karena tidak mendapat keadilan setelah dilecehkan oleh Marco menjadi pemicu munculnya mayat hidup yang membuat dua distrik hampir musnah. Publik menjadi semakin marah, mertua, suami, dan warna desa Abelia yang masih tinggal di pengungsian harus menangung intimidasi dari oranglain. Kemanapun mereka melangkah, mereka akan dimaki dan diludahi karena bisa-bisanya bersikap dingin terhadap korban. Mendapat tekanan seperti itu mertua Abelia jatuh sakit, tetapi tidak ada yang perduli. Ini adalah hukuman yang pantas mereka dapatkan.

Raja memerintahkan mayat Marco dan William dipajang di tengah kota, ia mempersilahkan warga kota untuk melempar batu pada kedua mayat itu. Raja Hoshino dengan tegas memberikan contoh bahwa siapapun yang berani melakukan korupsi dan melakukan pelecehan akan berakhir sama seperti William dan Marco, bahkan setelah kematiannya mereka tidak akan tenang.

Pejabat yang dekat dengan William dan pernah mendapatkan suap masing-masing merasa sangat malu, para pejabat itu memilih mengakhiri hidup dengan menembak kepalanya sendiri karena tidak sanggup menahan rasa malu.

Banyaknya korban yang meninggal hari ini mengingatkan umat manusia pada Masa Penyucian dimana banyak orang yang ditembak mati atau mengakhiri hidupnya demi mengurangi populasi di dalam tembok.

Cempaka harus membayar semua kejahatannya, ia dikurung didalam ruangan kecil yang ada di rumahnya. Ia tidak akan melihat cahaya matahari, ia tidak akan tahu apakah hari ini sudah siang atau malam, ia tidak memiliki teman untuk berinteraksi. Cempaka terkurung dalam penjara sempit, hanya bisa menangisi kematian suami serta anaknya dan menyesali semua tindakannya di masalalu.

Lily dibebaskan, ketika keluar dari rumah besar itu Lily terus menatap langit luas yang terbentang diatasnya, ia melihat awan yang memiliki bentuk unik. Selama ini Lily terus menundukkan kepalanya karena merasa ketakutan, tapi sekarang ia bebas. Ia bisa melihat langit sepuasnya, tidak akan ada lagi yang memukulinya atau merendahkannya. Ia yang merupakan korban tidak akan hidup lagi sebagai pelaku.

"Nyonya Lily..." Beberapa pelayan yang melihat Lily selalu ditindas mendekati wanita itu, mereka selalu merasa kasihan pada Lily. Wanita ini adalah orang yang baik, jika ada pelayan terluka sebisa mungkin Lily membantu untuk mengobatinya. Ketulusannya tetap muncul bahkan di situasi tersulit. Pelayan yang pernah merasakan kebaikan Lily datang memeluknya dan mengucapkan selamat padanya.

"Anda sudah bebas."

"Tidak akan ada lagi yang menyakiti anda."

Airmata Lily berjatuhan, ia menangis meluapkan seluruh perasaan yang ada didalam hatinya.

"Lily, oh, anakku..." Seorang wanita tua berjalan tertatih-tatih mendekati Lily.

"Ibu..." Lily berlari mendekati ibunya, ia memeluk wanita itu erat. Tangis kedua wanita itu pecah, orang-orang yang melihat pemandangan ini menahan tangis.

Eternal Flame [Daiharu] {Slow Update}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang