Bab 23

2K 348 16
                                    

Daisuke turun dari mobil lapis baja miliknya, hari sudah sangat larut malam karena banyak hal yang harus diurus olehnya Daisuke baru bisa pulang sekarang. Dulu, Daisuke lebih senang tinggal di Markas Besar akan tetapi sekarang sudah berbeda. Daisuke merasa harus pulang karena ada yang menunggunya.

"Kau belum tidur?" Daisuke melihat Haru sedang duduk di teras mengenakan sweater rajut cokelat.

"Aku tidak bisa tidur, banyak hal yang kupikirkan." Haru memainkan benang rajut yang mencuat.

Daisuke mengambil posisi duduk disebelah Haru, keduanya memandangi halaman rumah yang hanya diterangi oleh cahaya lampu redup.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Daisuke.

"Banyak hal." Haru menghela napas. "Apakah menjadi omega itu sangat sulit? Kemanapun aku melangkah semua orang selalu menatapku dan menganggap bahwa omega itu lemah."

"Apa kau baru mengalaminya sekarang?"

Haru tergagap. "Aku tinggal di Alfheim sejak kecil, jadi aku jarang bertemu banyak orang."

Daisuke mengangguk, seperti ia bisa menerima alasan Haru ini.

"Dulu manusia dibedakan hanya karena ras dan warna kulit, tetapi sekarang mereka didiskriminasi karena alpa, omega, dan beta. Dunia ini tidak pernah adil." Saat ini tidak ada sekat ras atau suku di dalam Asgard, berbeda dengan ribuan tahun yang lalu dimana manusia dianggap berbeda karena ras mereka. Sekarang semua orang hanya tahu bahwa mereka adalah warga Asgard.

"Siapa yang mengatakan bahwa dunia ini adil?" Tanya Daisuke. Mendengar pertanyaan itu Haru tertawa, benar... Sejak kapan ada keadilan di dunia ini?

"Lalu, kau sendiri menjadi Hakim bukankah harus bersikap adil?"

"Aku tidak pernah mengatakan bahwa apa yang kulakukan adil. Aku hanya melakukan tugasku, perintah Raja, dan apa yang menurutku benar."

"Apa membunuh oranglain bagimu tidak lebih dari sebuah tugas?" Tanya Haru, nada suaranya menjadi lemah.

Daisuke tidak segera menjawab, ia terdiam entah memikirkan apa. Daisuke terlalu sulit untuk dibaca oranglain. "Ya, itu adalah tugas."

Haru tertawa kecil, bukan jenis tawa yang menyenangkan akan tetapi tawa penuh ironi. "Ah~ aku ingin minum anggur, apa kau punya?"

"Akan ku ambilkan." Daisuke masuk kedalam rumah, Haru sedikit terkejut dia pikir Daisuke akan pergi ke gudang anggur. Tak beberapa lama Daisuke kembali membawa sebotol anggur dan gelas.

"Kau menyimpan anggur di dalam rumah? Kupikir kau tidak pernah minum."

"Ada banyak di gudang anggur, tapi itu semua milik ayahku."

Daisuke menuangkan cairan merah itu kedalam gelas, ia menyodorkannya pada Haru.

"Kau tidak minum?"

Daisuke menggeleng. "Tidak. Untuk antisipasi, jika ada tugas mendesak aku tidak datang dalam keadaan mabuk."

Alasan yang bisa diterima. Menjadi Jenderal satu-satunya saat ini mungkin cukup berat bagi Daisuke, belum lagi tugasnya sebagai seorang Hakim.

Haru menyesap anggur itu, ia sudah sangat lama tidak meminum ini. Anggur di alam hantu rasanya sangat mengerikan!

"Kau tahu? Aku tadi bertemu dengan Marco Ouro, berbeda dengan William Ouro yang memiliki sifat yang terkesan dermawan Marco itu adalah sampah."

"Apa yang kau lakukan?"

"Dia menghina omega dan aku menginjak kepalanya, aku pastikan dia tidak akan berani keluar rumah selama beberapa waktu karena malu." Haru menatap Daisuke dengan perasaan sedikit bersalah. "Maaf, aku meminjam namamu untuk membuatnya takut."

Eternal Flame [Daiharu] {Slow Update}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang