BAB 25 | Prisoners

152 30 0
                                    

Pintu ruang tahanan terbuka dan beberapa orang masuk. Noah mengangkat pandangan dari rantai dikakinya, Finn menjulurkan kepala, mencoba melihat dua bayangan yang kemudian menjadi tiga. Semar dan sulit di kenali dalam ruang yang minim cahaya.

Dua pria itu melemparlan seseorang ke atas lantai kotor dengan kasar, menyeretnya ke dinding dan memasangkan rantai pada tangan dan kakinya. Orang itu tampaknya masih pingsan sehingga tidak melakukan perlawanan.

Beberapa saat setelah dua pria antek Morana keluar, Finn menyeret langkahnya mendekati orang itu, tempatnya yang berada di dinding seberang membuatnya hanya bisa mendekat beberapa langkah sebab, rantai yang membelunggu kakinya tidak cukup panjang.

"Sial, kupikir itu orang-orangmu," ujar satu-satunya suara perempuan dalam ruangan itu. Noah mendongkak, mengeruhkan ekspresi wajahnya pada perkataannya barusan.

Finn mengeluh, merasa tidak dapat melangkah lebih jauh, dia berhenti beberapa langkah dari orang yang baru saja di tahan "hei," panggilnya, mengecek apa orang itu sudah sadar atau belum.

Suara lengguhan yang disusul ringisan kesakitan menarik perhatian dua yang lain. "Sial, kepalaku," gumamnya sembari berdesis.

Gadis itu mengerutkan alisnya, kini tertarik untuk melihat ke arah orang yang baru saja di tahan bersama mereka. Merasa suara itu familiar.

"Zean?" Panggil gadis itu penuh tanya, berharap bahwa dugaannya salah.

"Freya?" Balas suara itu, membuatnya memejamkan mata dan menghembuskan nafas frustasi.

"Damm it, Zean. Apa yang kau lakukan di sini?" Freya berkata marah, gadis itu melemparkan bola api yang kemudian menggelinding ke arah Zean dan memperlihatkan sosoknya yang tersembunyi di kegelapan. Freya mengeruhkan wajahnya saat melihat wajah pemuda itu yang babak belur.

"Aku datang untukmu."

Freya menghembuskan nafas berat atas jawabannya.

"Zean? Zean Valture?" Seru Noah, memastikan. Dia melihat pada pemuda itu dengan alis bertaut.

"Mr. Gilldorey dan Mr. Chaster." Zean mengangguk, menyapa sopan pada dua pria yang lebih dewasa darinya.

Ekspresi wajah Finn seketika mengeruh tidak senang, dia langsung mundur dan kembali duduk merapat ke dinding. Dia masih ingat pada perbuatan Zean tahun lalu, pemuda itu menculik Luna dan membawanya pada Lysandra Blackton.

Zean menghembuskan nafas pelan. Mereka masih membencinya, Zean tau itu, tapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk memikirkannya. Dia harus membebaskan dirinya dan tiga orang itu lebih dulu.

"Jadi kau Freya Valture? Anak pertama Herrold dan Isabella Valture?"

Pertanyaan Noah Gilldorey mengambil alih atensi Freya. Gadis itu menghembuskan napas pelan, lantas mengangguk.

"Kupikir mereka kehilangan anak pertama mereka dalam insiden kebakaran sepuluh tahun lalu," gumam Noah.

"Yap, orang-orang pikir aku sudah mati," balas Freya, tidak terlalu terganggu mendengar ucapan Noah tentang tragedy yang menimpanya di masa lalu.

"Mereka membawanya ke sini ditengah kebakaran terjadi," sahut Zean, ada nada penyesalan dan rasa bersalah dalam suaranya. Freya menghembuskan nafas pelan.

"Jadi kau berada di sini sejak insiden itu?" Tanya Noah, masih sulit mempercayainya. Membayangkan bertapa sulitnya seorang gadis kecil harus tinggal dalam ruangan kotor dan ditahan selama 10 tahun.

"Mengapa mereka menahanmu? Bukankah Valture dan istrinya adalah pengikut wanita gila itu?" Celetuk Finn sarkastik.

"Kau sepertinya ada masalah dengan keluargaku Tuan Chaster," balas Freya, suaranya menjadi lebih dingin dan menantang.

"Mungkin kau ingin dengar jawabannya dari adikmu, Nona." Finn memalingkan wajah, tidak lagi membalas dan kini diam.

Alis Freya berkerut, dia beralih menatap Zean, tapi yang dilihatnya hanya kegelapan semu, sebab entah sejak kapan, api yang menerangi ruangan itu padam. Freya menghembuskan nafas pelan. Meski jarang bertemu selama Zean masih jadi bagian dari antek Blackton, Freya mengenal adiknya cukup baik. Walapun sikap pemuda itu terkadang menyebalkan, Freya tau, Zean selalu punya alasan atas setiap tindakan yang dilakukannya.

Hening melingkupi tempat itu selama bermenit-menit ke depan, tidak ada lagi yang bicara. Suara rantai yang beradu dengan lantai, kadang terdengar. Sampai menit-menit yang terasa seperti berminggu-minggu itu ahkirnya pecah saat suara rantai jatuh cukup keras menimpa lantai, dan derap langkah kaki dari tempat Zean ikut mengisi senyap dalam ruang bawa tanah.

Sosok Zean muncul dari kegelpan ketika Freya memakai elementnya untuk menerangi pandangan mereka. Rantai yang mengikat kaki dan tangan Zean terlepas, pemuda itu kini bebas. Berbagai ekspresi tampil diwajah masing-masing dari mereka, satu kesamaannya, mereka heran dan bertanya-tanya, bagaimana Zean bisa melepaskan belunggu rantai tersebut.

Dan pertanyaan itu terjawab ketika Zean berlutut di depan Freya dan membuka borgol rantai dengan kunci. Ada lebih dari sepuluh kunci dalam satu gantungan.

"Bagaimana??" Noah terkesan sekaligus bingung sementara Finn hanya diam, saat Zean melepas borgol darinya.

"Percayalah, banyak orang bodoh yang jadi pengikut dua wanita gila itu," kata Zean seraya membantu Freya bangkit berdiri.

Finn segera berjalan menuju pintu dan membuka pintu dengan kunci yang diberikan Zean.

"Dia terluka cukup parah, mungkin akan susah membawanya keluar," kata Noah prihatin melihat kondisi tubuh Freya dalam rangkuhan Zean.

Finn mendorong pintu setelah membukanya dengan kunci, cahaya dari lantai atas segera menyerbu mereka. "Cepat keluar," katanya dengan nada memerintah, dia hendak berjalan lebih dulu ketika Zean menghentikannya dan Noah.

"Kalian mungkin tidak ingin pergi begitu saja," kata pemuda itu, menatap kedua pria yang berada satu, dua anak tangga di atasnya. Finn mengerutkan alisnya dan Noah menatapnya tanya.

"Mereka menahan Luna dan akan melakukan ritual penyerapan element malam ini." Zean memberi tau, sontak membuat Finn dan Noah terkejut.

Finn segera melangkah turun dengan marah "kau yang membawanya ke sini?" tuduhnya pada Zean, melemparkan tatapan benci padanya secara terang-terangan.

"Maaf tuan, aku tau kalian membenciku, tapi aku tidak..." alis Zean berkerut dalam. Dia menarik nafas berat, mencoba menekan emosinya "dia sudah berada di sini saat aku tiba."

Dada Finn naik turun, menatap tajam anak muda yang berdiri satu anak tangga di bawahnya "kuharap kau tidak sedang menipu lagi Valture." Finn berbalik dan segera berlalu pergi, Noah menyusul kemudian.

Zean menarik nafas pelan, kembali menaiki tangga, membantu Freya, sampai gadis yang sedari tadi diam, hanya menyaksikan perseteruaan adiknya dengan Finn Chaster ahkirnya buka suara.

"Luna? Luna Flatcher?" Tanya Freya, alisnya bertaut memikirkan nama itu "apa itu orang yang sama seperti dalam pikiranku?"

Awalnya Zean hanya diam, mengulum bibirnya dan mengabaikan pertanyaan Freya sampai kakanya itu menyentak marah.

"Zean," panggilnya dengan nada mendesis jengkel.

Zean menghembsukan nafas berat, memutar bola mata pasrah dan ahkir ya menjawab "benar, dia orang yang sama seperti dugaanmu."

"For God's sake."

To Be Continued


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Ruin Roses ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang